Kader pemburu TB ini terdiri dari petugas puskesmas, masyarakat dan anggota ormas keagamaan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus berusaha meningkatkan kualitas kesehatan warganya. Upaya preventif pun terus digeber. Salah satunya, membentuk kader pemburu tubercolusis (TB) di seluruh puskesmas Banyuwangi.
Pelepasan pertama kader pemburu TB dilangsungkan di Puskesmas Wongsorejo, oleh Ketua Tim Penggerak PKK Ipuk Fiestiandani Azwar Anas. Dalam pelepasan ini ada 10 kader Wongsorejo yang siap melakukan pemburuan terhadap penyakit TB.
“Puskesmas Wongsorejo ini mengawali pembentukan kader TB. Setelah ini akan diikuti seluruh puskesmas yang ada di Banyuwangi,” kata istri Bupati Banyuwangi ini.
Kader pemburu TB ini terdiri dari petugas puskesmas, masyarakat dan anggota ormas keagamaan. Mereka telah dibekali wawasan seputar TB dan pencegahannya.
Ipuk mengatakan selama ini yang dilakukan pemerintah dalam mendeteksi TB melalui cara pasif. Di mana penderita TB datang ke puskesmas untuk memeriksakan diri dan diobati. Hal itu tidak bisa tuntas memotong rantai penularan penyakit TB.
“Kalau pasien datang secara pasif, susah bagi kita untuk mendeteksi sekelilingnya. Padahal penularan TB ini sangat dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Kalau sudah ada kader TB, mereka ini yang akan ngecek langsung ke rumah-rumah warga. Kader bisa sekaligus ngecek kondisi penderita dan lingkungan sekitarnya,” ujar Ipuk.
Ia menjelaskan saat ini di Banyuwangi ada 1719 kasus TB. Selain itu, masih ada warga yang berlum rutin berobat ke puskesmas.
“Ini jadi perhatian kita semua. Selain saat ini puskesmas rutin mengecek kondisi warga, kader TB juga akan aktif memantau pasien TB. Mereka yang waktunya berobat ke puskesmas, akan terus diingatkan kader. Bahkan bila perlu, obat akan dianter karena menang harus rutin diminum,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Wongsorejo Moh Shodiq, menambahkan, khusus penderita TB di Wongsorejo sendiri cukup banyak. Tahun 2016 ada 64 penderita, dan 2017 ada 10 penderita yang tersebar di lima desa.
“Target kami 2 ribu rumah yang ada di lima desa tersebut akan diperiksa kondisi dan lingkungannya. Karena kondisi rumah ini sangat mempengaruhi tingkat penularan. Dalam kerjanya, setiap kali kader turun akan memeriksa 10 rumah dan ini bergilir ke seluruh desa,” kata dia.
Mekanisme kerjanya, setelah ditemukan warga yang terindikasi TB dari pemeriksaan dahak. Mereka akan langsung dirujuk ke Rumah Sakit untuk diperiksa secara intensif. Setelah dari rumah sakit, penderita TB yang telah diperiksa tersebut akan dikembalikan ke puskesmas lagi untuk mendapatkan perawatan TB hingga sembuh.
“Untuk bisa sembuh total, minimal untuk perawatan TB memakan sekitar 6 bulan. Mereka akan didampingi kader selama menjalani perawatan di puskesmas,” kata Shodiq.