Wisata Kampung Batik ini, akan menjadi pusat pembelajaran, pengembangan, dan pemasaran batik.
Merdeka.com, Banyuwangi - Batik Banyuwangi berkembang pesat. Peluang bisnis batik ramah lingkungan di daerah ujung Timur Pulau Jawa ini akhirnya dilirik Universitas Ciputra Surabaya. Mereka berminat mengembangkan Wisata Kampung Batik di Tanah Blambangan.
Agar keinginan tersebut segera terealisasi, Universitas Ciputra mengirim dua utusan ke Banyuwangi untuk menemui Bupati Abdullah Azwar Anas. Mereka adalah Juliuska Sahertian (dosen Universitas Ciputra) dan Kepala Laboratorium Fashion Departement, Fabio Ricardo Toreh.
Kepada Bupati Anas, kedua duta dari Universitas Ciputra ini menyampaikan, Wisata Kampung Batik nanti akan menjadi etalase semua jenis batik ramah lingkungan se-Tanah Air, lengkap dengan ceritanya.
Juliuska mengatakan, gagasan Wisata Kampung Batik ini murni inisiatif pihaknya setelah melihat pelbagai peluang dan tantangan batik di Indonesia. "Misalnya, masih banyak perajin batik di Indonesia yang menggunakan bahan kimia, bukan pewarna alam," kata Juliuska, seperti disampaikan Humas Pemkab Banyuwangi, Senin (13/6).
Nantinya, lanjut dia, Wisata Kampung Batik ini, akan menjadi pusat pembelajaran, pengembangan, dan pemasaran batik. "Kenapa dipilih Banyuwangi? Karena Banyuwangi memiliki perkembangan batik yang signifikan. Industri kreatif berbasis fesyen di Banyuwangi ini, dipadukan dengan pengembangan pariwisata," katanya.
Dia menambahkan, Banyuwangi juga dinilai cocok karena mempunyai infrastruktur transportasi yang lengkap. Mulai dari darat, laut, maupun udara serta dekat dengan Bali sebagai jantung pariwisata di Indonesia. "Kampung wisata batik ini bagian dari Program Wisata Inti Rakyat (PIR) yang kami desain untuk menghidupkan pariwisata pedesaan," paparnya.
Karena dibangun di Banyuwangi, kawasan wisata batik ini nantinya akan mengambil landscaape salah satu motif batik setempat. Yang di dalamnya juga dilengkapi 13 rumah tradisional dari pelbagai provinsi penghasil batik di Tanah Air.
Selain itu, juga ada fasilitas penunjang seperti cottages (mini hotel), food and beverage stalls, taman bunga, fishing pind (kolam ikan), wahana permainan alam, jalur berkuda, dan sebagainya. "Tahun pertama, kami bikin studi kelayakan. Tahapannya, lima bulan ke depan kami cari gambaran untuk Wisata Kampung Batik, lalu persiapan lahan selama tujuh bulan," ujar Anas.
Tahapan berikutnya, perencanaan bisnis pembangunan Wisata Kampung Batik. "Ciputra akan menurunkan tim, baik yang mengajarkan pembuatan batik ramah lingkungan maupun mengedukasi bagaimana mendesain skema fesyen batiknya ke perajin lokal. Setelah siap, lalu dimulai pembangunan kampung wisata tersebut," tandas Juliuska.
Sementara Bupati Anas sendiri, merespons gagasan tersebut. Dengan adanya kampung batik di daerahnya, bisa mendorong tumbuh-kembangnya industri batik. "Kreativitas pembatik lokal pasti akan tumbuh mulai dari pengembangan motif hingga desain fashion," kata Anas.
Kemudian dukungan Pemprov Jawa Timur juga menjadi nafas bagi Banyuwangi mengembangkan kreativitas daerahnya. "Dengan dukungan Pemprov Jatim, tahun ini mulai dirintis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan batik di Banyuwangi," katanya.
Lalu Oktober mendatang, masih kata Anas, Kementerian Perindustrian mengumpulkan pewarna alam se-Indonesia untuk ditampilkan di Banyuwangi. "Sekarang para perajin batik giat berproduksi karena laris seiring banyaknya wisatawan," ucapnya.
"Pengembangan industri batik, ke depan bakal tetap menempatkan UMKM lokal sebagai pilar utama. Siapapun yang ingin mengembangkan batik Banyuwangi, harus dengan pendekatan lapangan pekerjaan dan transfer knowledge ke UMKM lokal," ujarnya.