1. BANYUWANGI
  2. KULINER

‎Menikmati nasi golong pecel gerang dalam tradisi Barikan

Kuliner nasi golong pecel gerang hanya dibuat saat acara selamatan saja. Sebagai simbol tolak balak, kuliner ini dibuat dengan jumlah ganjil.

Kuliner nasi golong pecel gerang. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 24 Agustus 2016 11:12

Merdeka.com, Banyuwangi - Ratusan warga Dusun Andong, Desa Tamansuruh, Banyuwangi malam itu menggelar acara selamatan Barikan sebagai simbol tolak-balak (berdoa agar dijauhkan dari petaka). Mulai pukul 18.30 WIB, warga terlihat menggelar tikar dan menata tumpengnya di samping jalan depan rumahnya masing masing-masing. Sebagai penerang, ada beberapa obor bambu yang ditancapkan ke tanah.

Selamatan Barikan ini, merupakan rangkaian tradisi Tumpeng Songo yang digelar tiap tahunnya. Bila upacara adat Tumpeng Songo berlangung mulai pukul 14.00-17.00 WIB, dengan rangkaian arak tumpeng, nyekar dan berebut sesaji, kali ini selamatan Barikan sebagai bentuk tolak-balak dilaksanakan pada malam harinya.

Ismail (37), Ketua Adat Asosiasi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Dusun Andongmengatakan, tradisi gelar Barikan ini bisa dikatakan lebih meriah dan ramai daripada lebaran Idul Fitri.

Warga berkumpul di jalan untuk menikmati kuliner ‎nasi golong pecel gerang dalam tradisi Barikan
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

"Jadi yang memeriahkan ini tidak hanya warga dusun sini. Tapi keluarga dari luar kota dan desa juga banyak yang datang. Pokoknya lebih meriah dari lebaran," tuturnya, Minggu (21/8).

Akan tetapi, lanjut Ismail, tradisi selamatan Barikan sudah tidak seramai dulu sekitar tahun 1980-an, sewaktu dia masih muda.  Baru beberapa tahun terakhir ini, Ismail coba membangkitkan kembali. "Ini kan bagian dari budaya leluhur Nusantara. Jadi perlu dilestarikan. Kalau dulu semua orang sibuk memasak, menyiapkan tumpeng untuk selamatan, kalau sekarang mulai berkurang. Tapi masih tetap ramai," paparnya.

Soyem Solehati, warga Dusun Andong, terlihat sibuk menata tumpeng dan air kendi di atas tikar. Sambil sesekali meneriaki warga dan keluarganya agar segera berkumpul bersama.

"Ini namanya nasi golong pecel gerang. Isinya teri, timun, ayam lalu dikrawu pakai kelapa muda. Ini khasnya sini," tuturnya sambil menata nasi golong.

Kuliner nasi golong pecel gerang ini, kata Soyem hanya dibuat saat acara selamatan saja. Sebagai simbol tolak-balak, kuliner ini dibuat dengan jumlah ganjil. "Buatnya harus ganjil. Tujuh, lima atau sembilan. Ini sebagai simbol tolak balak. Termasuk, menyelamati kampung" paparnya.

 

Nikmatnya nasi golong pecel gerang saat disantap bersama-sama
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Setelah semua warga beserta keluarganya masing-masing berkumpul di pinggir jalan, ada doa bersama yang dipimpin di mushola menggunakan alat pengeras suara toa megaphone atau speaker.

Selanjutnya, tinggal makan bersama, menikmati nasi golong pecel gerang. Kuliner ini, punya cita rasa yang sangat gurih. Parutan kelapa muda dengan campuran daging ayam yang digerus bersama ini, semacam serundeng. Hanya saja, parutan kelapa kuliner pecel gerang ini masih sedikit basah, dengan warna putih kemerahan.

Rasa pedas sekaligus rasa aneka rempah sangat kuat di mulut. Warga Dusun Andong, terlihat sangat menikmati kuliner ini. Bila ada warga yang kebetulan melintas di jalan, akan dipanggil untuk bergabung menikmati kuliner tradisional ini.




(FF/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Seni dan Budaya
  3. kuliner
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA