"Desa Banjar sangat potensial untuk menjadi destinasi pariwisata apalagi lokasinya yang berada dekat dengan Gunung Ijen," kata Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Warga Desa Banjar Kecamatan Licin Banyuwangi memiliki keunikan saat minum kopi, yang diberi nama Kopi Uthek. Mengenalkan kekhasannya tersebut, warga pun menggelar Festival Sego Lemeng dan Kopi Uthek. Event tersebut digelar di kaki Gunung Ijen, tepatnya di Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Minggu (26/8).
Dinamakan Kopi Uthek karena cara menikmati kopi tersebut berbeda dari biasanya. Secangkir kopi pahit, dinikmati dengan gigitan gula aren yang terpisah. Saat gula aren digigit akan berbunyi 'thek', itu yang menjadi dasar penamaan Kopi uthek. Begitu gula sudah di dalam mulut, kopi pun disruput. Perpaduan keduanya akan menghasilkan cita rasa kopi yang unik nan nikmat.
"Desa Banjar sangat potensial untuk menjadi destinasi pariwisata apalagi lokasinya yang berada dekat dengan Gunung Ijen. Kuliner sego lemang dan kopi uthek menjadi salah satu daya tariknya," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat membuka acara melalui sambungan facetime. Bupati saat ini masih di Kota Mekah menunaikan ibadah haji.
Bupati Anas mengatakan pemkab terus mendorong Desa Banjar menjadi desa wisata. Mengingat warga Desa Banjar yang terus berkreasi mengangkat potensinya, di samping kekayaan alam desa tersebut.
"Terima kasih kepada warga Banjar yang kreatif serta kompak terus memunculkan destinasi baru di Banjar. Seiring dengan itu, saya minta agar kebersihan ruang-ruang publik dijaga," pesan Anas.
Pembukaan festival ini ditandai dengan pelepasan busur panah oleh Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko. Maklum saja, sejumlah warga di sana mengembangkan pusat latihan olahraga panahan.
Pada festival ini, warga menyulap jalan desa menjadi ruang tamu yang dilengkapi puluhan meja dan kursi untuk menyambut pengunjung yang hadir. Kopi uthek bersama jajanan tradisional menjadi sajian spesial yang disajikan di tiap meja.
"Cara meminum kopi ini sangat unik. Gula digigit dulu baru kopinya diminum, saya suka. Ini pertama kali minum kopi uthek," kata Lusi, salah satu pengunjung asal Malang.
Selain kopi uthek, warga juga menyajikan sego lemeng bagi para pengunjung. Sego lemeng merupakan nasi yang digulung dengan daun pisang dan diisi dengan cacahan daging ayam dannikan tuna/ikan asin. Lalu gulungan nasi tersebut dimasukkan ke dalam bilah bambu dan dibakar. Paduan aroma daun pisang dan bau asap dari pembakaran bambu yang terperangkap menghasilkan cita rasa sego lemang yang khas, gurih dan sedap.
"Dulu sego lemang merupakan bekal para gerilyawan Desa Banjar saat melawan penjajah belanda, karena lebih awet tidak cepat basi," kata Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata M.Y Bramuda.
Salah satu pembuat sego lemang Rohimah, mengatakan, sego lemang merupakan makanan khas desa yangbhanya dibuat saat selamatan kampung. Dia pun senang karena sejak tiga tahun terakhir sego lemang sudah diangkat dalam Banyuwangi Festival semakin terkenal.
"Sekarang banyak warga yang membuat sego lemang dan dijual. Jadi tidak hanya untuk selamatan saja," kata Rohimah.
Festival ini digelar selama dua hari Sabtu-Minggu (25-26 Agustus 2017). Di festival ini, pengunjung bisa berwisata kuliner sambil menilmati hijaunya alam Banjar. Even ini juga dimeriahkan Jazz Patrol dan penampilan seni budaya Korea dan Philipina yang dibawakan oleh mahasiswa dan guru program pertukaran budaya.