1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Jazz Festival, para pelajar bawakan lagu Osing di Banyuwangi

"Jazz bagi kami bagaimana kita bisa improve diri sendiri dengan musik sampai terbangun harmoni," kata Galuh.

Smansa Band di Banyuwangi Student Jazz Festival. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Minggu, 26 Agustus 2018 15:12

Merdeka.com, Banyuwangi - Banyuwangi Student Jazz Festival 2018 betul-betul dimanfaatkan peserta mengembangkan kemampuannya mengolah musik dan menampilkannya di Gedung Seni dan Budaya (Gesibu) Banyuwangi, Jawa timur, Minggu (26/8).

Lagu-lagu berbahasa Osing yang mereka tampilkan berubah menjadi lebih segar dan muda, namun tetap dengan rasa yang mendalam, terutama di babak final yang digelar malam harinya.

Smanpur Band, peserta nomor 5 berhasil tampil berkelas dengan setelan hitam putih, termasuk vokalis wanitanya yang mengenakan rok hitam dengan atasan kemeja putih dan topi bundar warna putih. Band siswa SMA Negeri 1 Purwoharjo ini membawakan lagu berbahasa Osing berjudul ‘Rehana’ yang menceritakan seorang wanita cantik yang jadi pujaan,
berkulit kuning langsat dengan alis berbentuk bulan sabit.

Sebelumnya tampil juga peserta dari Smansa Band dengan lagu lawas berbahasa Osing berjudul ‘Cemeng’ yang artinya hitam. Lagu yang dipopulerkan penyanyi lokal Reny Farida itu bercerita tentang seorang pria ganteng yang disukainya dan sangat berharga di hatinya meskipun memiliki kulit hitam.

Lagu ‘Cemeng’ jadi sangat jazzy dibawakan duo vokal Galuh Rizki (17) dan Sabrina Maharani (15) yang masing-masing duduk di kelas 12 dan 10 SMA Negeri 1 Genteng. Mereka mengatakan tidak begitu sulit menampilkan ‘Cemeng’ dalam balutan jazz meski keduanya baru sekarang berduet.

"Bernyanyi lagu Osing dengan gaya jazz kami mengandalkan feel. Kita latih sampai bisa rasakan feeling-nya, lalu kita harus improve. Jazz bagi kami bagaimana kita bisa improve diri sendiri dengan musik sampai terbangun harmoni," kata Galuh yang telah 3 kali mengikuti Banyuwangi Student Jazz Festival.

Tidak hanya lagu berbahasa lokal, grup band berkostum nuansa merah putih itu juga membawa alat musik tradisional untuk mengentalkan rasa ‘Kendang Kempul Banyuwangi’ dalam musik mereka. Keyboard, bass, kendang, bonang, kecrek, dan kluncing mereka mainkan dalam ritme cepat seperti yang biasa terdengar di banyak lagu berbahasa Osing Banyuwangi.

Pemain kendang

Pemain kendang Afghan Ghaza (16) merupakan siswa kelas 2 SMA Negeri 2 Genteng yang tergabung dalam Smansa Band. Dia mengaku cukup kesulitan mengikuti musik jazz yang mereka aransemen karena temponya yang beragam.

"Saya pertama kali ini mengikuti Jazz Festival, dan sekarang bermain kendang. Temponya sulit karena pindah-pindah. Saya 3 kali pertemuan masih belum paham, lalu pertemuan ke-4 baru latihan di studio," kata remaja yang rutin belajar ngendang di Sanggar Toyo Arum, Desa Wringinrejo, Kecamatan Gambiran itu.

Afghan mengatakan menggarap penampilan untuk Banyuwangi Student Jazz Festival kali ini seperti percobaan baginya karena baru pertama dia lakukan. Dia menambahkan sebetulnya masih banyak yang bisa dikembangkan, dalam mengolaborasikan kendang dan jazz. Tapi persiapan yang hanya selama 5 hari membuatnya tidak bisa mencoba berbagai teknik dan komposisi kolaborasi.

"Saya rasa banyak sekali yang bisa dicoba, dikembangkan. Tapi waktunya mepet," ungkapnya.

Aranger yang sekaligus pemain keyboard mereka, Sodo Lanang (17) mengatakan, bahwa dalam jazz, para seniman bisa memasukkan unsur musik apa saja. Dia mengakui ada kerumitan yang harus diatasi saat memadukan jazz dengan lagu berbahasa Osing yang sudah memiliki karakter dan dikenal luas hingga luar Pulau Jawa.

"Menurut saya jazz bukan genre tapi kebebasan dalam bermusik. Jadi kami berusaha menggabungkan alat-alat musik yang kami bawa, termasuk kendang. Nuansa dangdut didapatkan dari kendang, dan itu menghasilkan keunikan sendiri,” kata siswa kelas 3 SMA Negeri 1 Genteng itu.

Sodo yang mengaku baru pertama bermain musik bersama panjak atau seniman alat musik tradisional Banyuwangi itu berharap Student Jazz Festival terus digelar di Bumi Blambangan. Dia mengatakan Pemkab Banyuwangi yang sudah mengawali menggelar berbagai even jazz, diharapkan terus mengembangkan jazz hingga membumi dan terus berkembang di Banyuwangi.

Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko yang membuka gelaran itu mengatakan acara-acara jazz terus digelar untuk menjaring bakat seni pelajar Banyuwangi, bahkan yang dari luar daerah. Peserta harus menunjukkan penampilan terbaik dengan lagu wajib, yakni lagu berbahasa Osing, dan lagu pilihan mereka masing-masing.

"Kita ingin anak-anak sibuk berkreasi dengan ilmu dan seni. Tapi kita tetap mendorong mereka mengenal dan mengembangkan kebudayaan daerah, yang sudah dikembangkan mbah-mbah kita sejak dulu seperti bahasa Osing ini," kata Yusuf.

Dia berharap bahasa Osing Banyuwangi menjadi lebih dikenal dan terus lestari karena dipromosikan pelajar-pelajar sendiri dengan lantunan musik jazz mereka.

 

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Musik
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA