Kite and wind surfing sendiri adalah olahraga air yang mengombinasikan selancar angin, paralayang.
Merdeka.com, Banyuwangi - Ajang sport tourism kembali digelar Pemkab Banyuwangi. Di pekan akhir bulan Agustus ini, Banyuwangi Festival menghadirkan International Kite and Wind Surfing, Sabtu-Minggu, 26-27 Agustus. Selancar layang ini akan digelar di sebuah pulau eksotis yang terletak di sisi timur Banyuwangi, Pulau Tabuhan.
Ajang bergengsi ini akan diikuti 50 peselancar layang (kitesurfer) profesional dari 13 negara. Mulai dari Belanda, Thailand, Malaysia, Austria, Italia, Australia, Spanyol, dan New Zealand. Tak ketinggalan juga dari Amerika, Inggris, Swiss, Perancis, dan Indonesia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan sport tourism menjadi salah satu cara Banyuwangi untuk mempromosikan pariwisata daerah. Pulau Tabuhan merupakan sebuah pulau kecil tak berpenghuni yang masuk Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. "Pulau Tabuhan memiliki angin yang cocok untuk digelar Kite and Wind Surfing," kata Anas.
Bahkan angin di Pulau Tabuhan memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh tempat lainnya. Selain itu, Pulau Tabuhan menyimpan pesona yang indah. Pasir putih yang halus, air laut yang jernih dan biota laut yang menawan. Tak heran, banyak wisatwan yang pergi ke pulau ini untuk melakukan snorkeling.
Kite and wind surfing sendiri adalah olahraga air yang mengombinasikan selancar angin, selancar, paralayang, bahkan senam menjadi satu jenis olahraga. Para atlet di papan selancar dihubungkan dengan layang-layang paralayang. Para peselancar layang memanfaatkan angin untuk menaklukkan air dan melayang-layang di udara, lalu melandai kembali berselancar di atas air dengan gerakan-gerakan yang akrobatik. Adapun windsurfing adalah olahraga dengan memanfaatkan tenaga angin untuk meluncur membelah air.
Anas menambahkan, selain sebagai ajang promosi wisata, even tersebut juga menjadi instrumen daerah untuk menggerakkan perekonomian warga. Melalui kemasan even ini, Anas berharap Pulau Tabuhan bisa semakin dikenal. Apalagi di sekitarnya sudah banyak fasilitas penunjang seperti resort, rumah apung dengan penangkaran hiu, snorkeling, dan wisata air. Sehingga, Pulau Tabuhan dapat menjadi tujuan utama surfpoint bagi komunitas selancar dunia.
“Kalau Pulau Tabuhan menjadi destinasi selancar layang dunia, geliat perekonomian di sekitar lokasi akan ikut terdongkrak. Mengingat, pasar selancar layang kini terus tumbuh pesat. Banyuwangi akan kedatangan banyak tamu, baik atlet maupun wisatawan. Masyarakat bisa melakukan kegiatan ekonomi produktif seperti jualan suvenir, kuliner, travel, dan jasa penunjang lainnya,” tuturnya.
Pulau Tabuhan merupakan sebuah pulau kecil tidak berpenghuni yang berada di wilayah utara Banyuwangi. Untuk mencapai lokasi tersebut, pengunjung harus menyeberang kurang lebih 20 menit dari Pantai Bangsring atau Pantai Grand Watudodol dengan menggunakan perahu motor.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Wawan Yadmadi mengatakan ajang yang kali kedua masuk agenda Banyuwangi Festival ini akan melombakan kategori racing (maraton), trapezoid, speed trial, dan freestyle and bigjump exhibition dengan memperebutkan hadiah menarik senilai total Rp. 105 juta. "Ajang ini merupakan sinergi Pemkab Banyuwangi dengan Banyuwangi Bangsring Breeze, Bali Kite Surfing School dan Dragon Yatch," jelas Wawan.
Sementara itu, Race organizer Kite and Wind Surfing Iwan Syahlani mengatakan Pulau Tabuhan sangat cocok untuk bermain kite dan wind surfing karena lautnya yang tanpa ombak besar. “Pulau Tabuhan tempat paling strategis untuk main kitesurfing. Posisinya tepat pada jalur arus angin terkencang. Angin keras setiap saat dengan kecepatan 25 knot, tidak usah menunggu datangnya angin seperti di Bali,” ungkapnya.
Dia juga optimistis Pulau Tabuhan bisa menjadi destinasi idola para peselancar karena karakteristik anginnya yang sangat sesuai, yaitu kecepatan di atas 20 knot. Kecepatan itu tidak dimiliki tempat lain seperti Bali.