"Sampun tak makan setunggal telure, kersane mbotel luwe. Nunggu teng mriki pengen ningali balapan".
Merdeka.com, Banyuwangi - Kakek tiga cucu, Kinariyo (65) sejak pukul 06.00 WIB mulai mengayuh sepeda onthel dari rumahnya menuju RTH Maron Kecamatan Genteng yang menjadi garis start perhelatan International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2018, Jumat (28/9).
Kinariyo tinggal di Desa Gambiran, Kecamatan Genteng, sekitar 5 kilometer dari garis start. Pada pukul 10.00 WIB, Kinariyo baru sampai di jalur start RTH Maron.
"Jam 6 mlampah wau, dugi mriki jam 10-an, tapi kulo mlampah muter-muter kriyen (Jam 6 berangkat tadi, sampai sini jam 10-an, tapi saya masih jalan-jalan muter dahulu," kata Kinariyo.
Kinariyo terlihat membawa sepeda onthel jenis mounthain bike berharna hijau tua. Sejak pukul 10.00 WIB dia menyadarkan sepedanya di samping pos kampling, tempat dia menunggu pebalap ITbBI melintas.
Sambil menunggu, dia membawa bekal dua telor asin yang digantung di setir sepedanya, dan sebotol air minum.
"Sampun tak makan setunggal telure, kersane mbotel luwe. Nunggu teng mriki pengen ningali balapan,"(sudah tak makan satu telurnya, supaya tidak lapar. Saya di sini ingin melihat balapan," kata pria kelahiran 1953.
Sejak dua tahun terakhir, Kinariyo memang rutin bersepeda minimal 5 kilometer setiap pagi dan sore. Sepeda gunung yang dikenakan merupakan pemberian anaknya, setelah dia sempat divonis terkena penyakit paru-paru.
"Kulo rutin sepedahan biar sehat," katanya.
Kinariyo datang sendiri dan terus menunggu di pos kampling. Namun penampilan Kakek tiga anak ini juga tidak mau kalah dengan rider ITdBI. Dia mengenakan baju berlogo kesebelasan Arema, topi, celana trining dan dilengkapi sepatu cat.
"Saya njago pebalap Indonesia saja. Niki pertama lihat balap sepeda, sambil jalan-jalan pados (cari) hiburan," kata pria yang sehari-hari menjadi petani ini.
Setelah menunggu lama di pos kampling, Kinariyo akhirnya bertemu dengan penonton lain, Abu Siri (45) asal Kaligondo, Kecamatan Genteng.
"Saya nganter anak saya ikut senam menyambut pembukaan start. Dia masih TK. Ini menunggu sambil pengen lihat," kata Abu.
Sebagai warga sekitar di kawasan Genteng, Abu sendiri merasa senang dengan even ITdBI. Abu penasaran dengan pebalap-pebalap dari berbagai negara yang bisa cepat dan kuat naik sepeda.
"Seneng saja sebagai masyarakat melihat event ini. Apalagi jarang, digelar setahun sekali, bisa lihat orang yang naik sepeda jauh, panjang. Kok bisa kuat dengan jarak panjang," kata dia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan, ajang ITdBI 2018 digelar tidak hanya untuk mendatangkan wisata namun juga untuk memperkuat nilai-nilai gotong royong.
"Event tour de Ijen sudah jadi yang ke tujuh digelar rutin di Banyuwangi. Dan sekarang sudah mendapatkan nilai exelent dari UCI (Federasi Sepeda Dunia), berkat bantuan semua lapisan masyarakat mulai dari RT, RT, kepala desa, camat dan semua masyarakat," kata Anas.
ITDBI 2018 digelar dalam empat etape dengan total lintasan sepanjang 599 KM. Kali ini diikuti peserta 92 rider dari 25 negara dengan 19 tim.
Pebalap akan diajak melintasi rute yang menawarkan keindahan alam Banyuwangi mulai dari perkotaan, pedesaan, sawah, perkebunan hingga pegunungan.
Pada etape ke tiga ini, pebalap menempuh jarak sepanjang 139,4 kilometer, mulai dari ruang terbuka Maron Kecamatan Genteng menuju finish di depan Kantor Pemkab Banyuwangi. Terakhir, etape keempat pada Sabtu (29/9) besok pebalap akan menempuh jarak 127,2 kilometer, start dari Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran, finish di Paltuding Ijen, Kecamatan Licin.