"Laut di Bangsring termasuk bagus. Di area setengah hektare sudah ada 12 titik rumah Anemon," kata Gede.
Merdeka.com, Banyuwangi - Selama 48 jam non stop, tim Universitas Brawijaya, relawan, dan nelayan menyelam untuk mendokumentasikan aktivitas ikan Nemo (clownfish) di pantai konservasi Bangsring Underwater, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Ikan Nemo, perlu diamati dan dipelajari karena menjadi salah satu indikator kelestarian biota terumbu karang.
Hasil dari pengamatan tersebut, beragam perilaku unik ditemukan. Nemo punya proteksi dari ancaman ikan lain dengan bersembunyi di terumbu karang bernama Anemon. Sementara Anemon, hanya mau tumbuh di area terumbu karang lain yang subur. Nemo juga punya ikatan keluarga yang kuat, sehingga selalu berkumpul dan menjaga anaknya.
Lebih lanjut, tim penyelam sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Dewa Gede Raka Wiadnya (58) menjelaskan bentuk tubuh nemo yang kecil, membuat dia terancam dari ikan lebih besar, bila berenang jauh dari rumah Anemon. Migrasi Nemo, pasti tidak jauh dari Anemon ke Anemon.
"Laut di Bangsring termasuk bagus. Di area setengah hektare sudah ada 12 titik rumah Anemon. Jadi bila Nemo harus perpindah tempat dia menggunakan Anemon yang berdekatan lokasinya," kata Gede, menguraikan hasil pengamatan, Sabtu (7/4).
Zona konservasi seluas 15 hektare di Bangsring, satu garis lurus dari pantainya utara ke selatan yang dimulai dari pantai Pasir Putih Situbondo, Baluran, Pulau Tabuhan, Menjangan Bali sampai di laut Muncar. Dari panjang pesisir ratusan kilometer tersebut, jalur Anemon terputus di kawasan penyeberangan pelabuhan Ketapang-Gilimanuk.
Pengamatan ikan Nemo, diamati oleh 96 penyelam yang sudah mengantongi lisensi, mulai 4-6 April 2018. Pengawasan dilakukan secara bergantian setiap 30 menit untuk tiap penyelam, dari pagi, siang sampai malam.
Selama 48 mengamati, ditemukan 4 ekor ikan Nemo. Dua diantaranya merupakan Nemo dewasa dan dua sisanya Nemo anakan.
Hari pertama, satu ikan Nemo dewasa berada sendirian di rumah Anemon yang berukuran kecil. Sementara tiga Anemon dewasa dan anakan berada di rumah Anemon lebih besar.
"Dugaan kuat, Nemo yang sendiri jantan sementara yang lainnya betina sedang menjaga dua anaknya. Ikan Nemo memang tinggal dalam satu keluarga," kata Gede.
Saat malam hari, kata Gede, Nemo berkumpul di satu rumah Anemon berukuran besar. Anemon menjadi rumah yang aman karena memiliki tentakel yang bisa menyengat ikan selain Nemo. Sementara Nemo, punya lendir khusus yang membuat dia tidak tersengat tentakel rumah Anemon.
"Saat merasa terancam, Nemo akan menenggelamkan dirinya ke Anemon untuk bersembunyi. Ikan lain yang mendekat pasti tersengat," katanya.
Saat ini, di zona konservasi pantai Bangsring sudah terdapat 12 titik rumah Anemon. Hasil pengamatan ini, akan diajukan untuk pemecahan rekor Muri. "Selain itu juga untuk media belajar para nelayan dan kajian akademik Universitas Brawijaya karena Nemo jadi indikator kelestarian laut," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Nelayan Samudra Bakti Bangsring, Ikhwan Arif menambahkan, ikan Nemo sempat hilang selama belasan tahun di pantai Bangsring akibat aktivitas pengeboman ikan dan potasium untuk mengambil ikan hias dan karang.
"Kemudian sejak tahun 2008, nelayan melakukan transplantasi terumbu karang secara swadaya untuk mengembalikan kelestarian terumbu karang. Dan akhirnya sudah ada Nemo saat ini," terangnya.
Hasilnya, Nelayan mendapatkan pendapatan ekonomi lebih dari wisatawan yang hadir untuk menyelam menikmati keindahan ikan dan terumbu karang. Meski demikian, nelayan juga sepakat tidak menangkap satu ekor ikan pun di wilayah konservasi.