"Sekarang prosesnya sedang berjalan, Insya Allah Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Menteri Pariwisata berkenan meresmikan".
Merdeka.com, Banyuwangi - Taman Gandrung Terakota (TGT) dengan seribu visualisasi penari Gandrung Banyuwang bakal diresmikan Sabtu, 20 Oktober mendatang. Taman itu berada di lahan sawah terasering di kaki Gunung Ijen, tepatnya di kawasan Jiwa Jawa Ijen Resort, Kecamatan Licin, Banyuwangi.
"Sekarang prosesnya sedang berjalan, Insya Allah Ibu Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Menteri Pariwisata berkenan meresmikan. Taman ini menjadi ikon baru wisata Banyuwangi, diinisiasi oleh swasta tanpa APBD. Kami bersyukur dengan dukungan banyak pihak untuk mengembangkan wisata di Banyuwangi," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Tanggal 20 Oktober saat peresmian juga merupakan jadwal pelaksanaan Festival Gandrung Sewu, sebuah parade kolosal ribuan penari di bibir Pantai Marina Boom. Tari Gandrung merupakan kesenian yang telah ditetapkan Warisan Budaya Tak-Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tari itu kerap tampil di berbagai acara Istana Negara sampai kancah internasional.
Terakota sendiri adalah nama lain dari tembikar atau gerabah sebagai bahan dasar visualisasi penari gandrung ini.
"Taman ini adalah situs untuk merawat dan meruwat Tari Gandrung sebagai salah satu identitas budaya Banyuwangi," ujar Sigit Pramono, penggagas Taman Gandrung Terakota yang juga pemilik Jiwa Jawa Resort.
Sigit menambahkan, upaya merawat dan meruwat budaya tersebut sengaja dilakukan dengan pendekatan kawasan, di mana situs budaya ini terhampar di puluhan hektar lahan persawahan yang dibiarkan tetap alami.
"Pada intinya, kesenian Gandrung memang berasal dari tradisi rakyat, yang awalnya adalah wujud syukur atas hasil pertanian yang melimpah. Karena itu, situs rawat-ruwat Tari Gandrung ini pun kita hamparkan berdampingan dengan aktivitas rakyat, yaitu petani yang tetap membajak sawah dengan kerbau, menanam dan memanen padi," ujar bankir senior mantan direktur utama BNI tersebut.
Berada di taman tersebut, pengunjung bisa menikmati keindahan Gunung Ijen yang memiliki tinggi 2.443 meter di atas permukaan laut (mdpl) di sisi barat. Di Ijen itulah terdapat kawah yang memancarkan api biru (blue flame) yang mendunia. Menengok ke timur, akan terlihat birunya Selat Bali.
Sigit mengatakan, pihaknya sengaja memilih bahan tanah liat yang lebih rentan. Namun, dari kerentanan itulah, ada nilai tersendiri yang akan diusung dalam galeri raksasa terbuka ini.
"Justru itulah makna dan nilai yang kita tawarkan, kesenian dan ketidakabadian. Karena, yang abadi adalah proses, makna dan nilai-nilai yang melekat di dalamnya," terangnya.
Taman Gandrung Terakota terinspirasi dari Terracotta Warrior and Horses di Tiongkok yang dibangun pada masa Kaisar Qin Shi Huang (259-210 SM). Penataannya melibatkan kurator seni rupa dari Galeri Nasional Indonesia sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Dr Suwarno Wisetrotomo.
Taman Gandrung Terakota tidak hanya menyajikan deretan patung-patung penari gandrung. Memasuki kawasan ini, pengunjung dipertontonkan bukit hijau dan hamparan sawah, para petani membajak sawah, kebun kopi, pohon durian, beraneka jenis bambu, dan tanaman endemik setempat.
Di tengah hamparan tersebut ditemukan amfiteater terbuka untuk pertunjukan kesenian berjadwal dan perhelatan musik jazz.