Di Taman Blambangan, mereka menggelar dialog terkait apa yang harus dilakukan untuk mempercantik Banyuwangi.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, segera merevitalisasi kawasan-kawasan bernilai sejarah, termasuk masalah ruang terbuka hijau (RTH). Untuk mewujudkan rencana itu, tiga arsitek kondang didatangkan, Selasa (29/3).
Tiga arsitek nasional yang diundang Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, untuk memoles daerahnya itu adalah; Yori Antar, Adi Purnomo alias Mamuk dan Sufieā€ˇ Yoladi.
Di Taman Blambangan, mereka menggelar dialog terkait apa yang harus dilakukan untuk mempercantik Banyuwangi, tanpa harus mengubah bangunan-banguna bernilai sejarah.
Untuk mendukung rencana tersebut, Pemkab Banyuwangi sendiri tengah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) wilayah perkotaan.
Dalam dialognya dengan tiga arsitek nasional tersebut, Bupati Anas mengatakan, revitalisasi akan dimulai dari Taman Blambangan. Orang nomor satu di kabupaten berjuluk the Sunrise of Java, ini juga mengajak para arsitek kondang itu berkeliling melihat-lihat kondisi di sekitar Taman Blambangan.
Kata Anas, dia ingin lebih mengoptimalkan lagi fungsi Taman Blambangan, dan bangunan - bangunan di sekitarnya, bisa saling berintegrasi satu sama lain.
"Saya ingin alun-alun ini (Taman Blambangan) seperti yang ada di Malaysia. Di bawahnya ada hall untuk ruang pameran. Ini akan kita hitung bagaimana," kata Anas menyampaikan niatnya.
Menurut dia, revitalisasi ruang publik tidak bisa menunggu lama. "Tiga tahun lalu ini pernah disentuh Pak Mamuk. Hasilnya luar biasa. Tapi ini segera kita revitalisasi. Kenapa tiga tahun sudah harus direnovasi lagi, karena ruang publik tidak bisa lama-lama, harus segera diperbarui lagi," ucapnya.
Untuk menjawab keinginan Anas, ketiga arsitek inipun secara bergantian mempresentasikan ide mereka masing-masing untuk memperindah lagi wajah Taman Blambangan.
Menurut para arsitek ini, posisi Taman Blambangan sangat strategis. Selain di tengah kota, juga berada dekat dengan Pantai Boom. Termasuk di sekitarnya terdapat bangunan-bangunan heritage, seperti bangunan Inggrisan peninggalan zaman kolonial.
Seperti yang disampaikan Mamuk ini misalnya. Dia mengaku, tiga tahun lalu, saat diminta merenovasi Taman Blambangan, ada sesuatu yang beda dengan kota-kota lain.
"Saya jadi ingat paparan saya yang pertama dulu, kira-kira apa yang ada di benak saya. Waktu itu saya diminta memikirkan pendopo. Kemudian saya keliling kota. Saya lihat ada Pantai Boom di tengah kota, yang tak pernah bisa kita rasakan di kota-kota lain," kata Mamuk.
Menurut dia, untuk mengubah wajah Banyuwangi, harus ada sesuatu yang harus dipikirkan. "Apa yang ada di benak saya waktu itu, ternyata hasilnya jauh dari apa yang saya bayangkan. Ternyata animo masyarakat sangat luar biasa," ucapnya mengenang hasil renovasinya tiga tahun lalu.
"Jadi, apapun yang kita bicarakan nanti, tidak boleh lepas dari konteks lingkungan di sekitar alun-alun. Kita akan bentuk satu aktivitas yang saling berhubungan," ujarnya menandaskan.