1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

75 pengusaha kecil Banyuwangi belajar aplikasi akuntansi BI

Aplikasi Si Apik bisa merekam catatan keuangan beberapa usaha, di bidang perdagangan, jasa, manufaktur.

Manajer Fungsi Pelaksana dan Pemberdayaan UMKM (FPPU) BI cabang Jember, Yuliarto. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Rabu, 21 Februari 2018 16:44

Merdeka.com, Banyuwangi - 75 pengusaha kecil di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mengikuti pelatihan aplikasi akuntansi berbasis mobile Bank Indonesia (BI) bernama Si Apik - Aplikasi Akuntansi Usaha Mikro Kecil (UMK) berbasis Android. Mereka merupakan mitra Osing Deles salah satu pusat oleh-oleh di Banyuwangi yang turut menggelar acara tersebut.

Aplikasi Si Apik sendiri bisa merekam catatan keuangan beberapa usaha sekaligus, di bidang perdagangan, jasa, manufaktur, hingga pertanian dan perorangan. Ada beberapa jenis pemasukan dan pengeluaran yang bisa diinput dengan form sederhana.

Dengan itu pengusaha kecil tidak harus pusing menghitung neraca usahanya, karena aplikasi bisa memberikan hasil langsung berupa teks atau grafik yang bisa didownload dan diprint. Catatan keuangan seperti itu, selain menjadi bahan evaluasi, juga bisa menjadi pertimbangan bank memberikan kredit.

"Kami memberikan bimbingan teknis kepada bank, juga menyarankan agar mereka memperhatikan catatan keuangan dalam memutuskan memberikan pinjaman kepada pengusaha kecil," kata Manajer Fungsi Pelaksana dan Pemberdayaan UMKM (FPPU) BI cabang Jember, Yuliarto, di Ballroom Hotel El-Royale Banyuwangi, Rabu (21/2).

Kemudian pihaknya juga memberikan bimbingan teknis kepada pengusaha kecil agar mereka tertib dalam pencatatan keuangan. Dia berharap pelaku usaha kecil secara bertahap terus mengurangi kelemahannya, seperti baik di sisi modal, pasar, dan kelembagaan.

Sementara itu Ketua Asosiasi Produsen Pangan Olahan Banyuwangi (Asppoba), Eko Hariyono mengatakan, aplikasi yang dikenalkan cukup sederhana baginya. Namun dia merasa harus mempelajari lagi untuk betul-betul paham dan menggunakan aplikasi tersebut.

"Saya kan dulunya HP Android hanya untuk telepon dan SMS saja. Jadi ini harus saya utak-atik lagi biar lancar," kata Eko.

Dia mengatakan, pelatihan juga sebaiknya tidak hanya sekali. Setidaknya 3 kali dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang masing-masing memiliki seorang pendamping.

Kebanyakan peserta masih bermasalah saat melakukan input data pemasukan ataupun pengeluaran. Beberapa kolom dalam form digital belum dipahami benar oleh pengusaha-pengusaha kecil itu.

"Saya sudah ada pembukuan manual, tetapi kalau mau cari apa-apa buka-buka buku dulu. Kalau ini tadi kan bisa langsung muncul," ucap dia.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Banyuwangi mengatakan, di Banyuwangi ada lebih dari 296 ribu UMKM. Sebagian besar merupakan usaha mikro.

"Saya mengapresiasi penyelenggaraan pelatihan ini. Ini sejalan dengan yang kami lakukan di pemerintahan, mengenalkan UMKM pada teknologi komputer dan internet," kata Alief.

Untuk pemasaran, pihaknya memabntu UMKM dengan menualkan produk mereka melalui Banyuwangi-mall.com. Pemkab Banyuwangi ingin agar usaha mikro segera naik menjadi usaha kecil, dan usaha kecil naik level menjadi usaha menengah.

"Kami harap UMKM bisa segera menyesuaikan dengan berkembangnya teknologi komputer. Salah satunya di sisi manajemen dan akuntansi," katanya.

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Smart Kampung
  2. Wirausaha
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA