Joyo Martono atau Buyut Jakso merupakan leluhur mereka yang mampu membuat celah yang cukup untuk pembangunan jalan itu.
Merdeka.com, Banyuwangi - Warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur memiliki tradisi unik bertamasya dengan delman yang dilakukan sepekan setelah hari raya Idul Fitri.
Dahulu hampir semua laki-laki di kelurahan Boyolangu merupakan kusir delman yang sepakat merayakan lebaran dengan berwisata bersama. Tujuan berwisata bukan sembarang tempat, melainkan petilasan leluhur mereka yang berupa batu besar di tengah jalan di pinggir pantai.
Muhammad Ihrom, tokoh adat Boyolangu menceritakan dalam pembukaan jalur utara masuk ke Banyuwangi, proses pengerjaan terhalang sebuah bukit batu. Batu tidak bisa dihancurkan, malah sebagian pekerja yang diperintah kolonial Belanda saat itu, meninggal dunia secara misterius.
Joyo Martono atau Buyut Jakso merupakan leluhur mereka yang mampu membuat celah yang cukup untuk pembangunan jalan itu.
Bongkahan besar batu yang kini dikenal sebagai Watu Dodol itu sebagai saksi bisu dan menjadi bagian yang tidak bisa dihancurkan atau dipindah. Hari ini belasan delman melakukan perjalanan sejauh 19 kilometer ke pantai Watu Dodol untuk menggelar selamatan dan bertamasya di sana.
"Sekarang acara tradisi ini kita padukan dengan upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Jadi ada stan pameran UMKM dan penjual kuliner," kata Ihrom, Minggu (24/6).
Cerita kesaktian Buyut Jakso tidak hanya itu, masih ada kisah lain yang mengatakan dia mampu berlari di atas ialang saat menggembala banteng di hutan Baluran. Atau ketika bajunya tidak basah padahal baru kembali dari hutan saat hujan deras turun.
Acara tahunan itu diselesaikan setelah acara selamatan di pantai berpasir hitam yang berada di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro itu. Sebagian warga langsung pulang, dan sebagian lagi meneruskan kegiatan berwisata mereka di pantai yang menghadap ke Selat Bali itu.