Sejak dua hari lalu, gempa amplitudo di kawah Gunung Ijen sebanyak 10 kali, dan meningkat 22 kali di hari berikutnya.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Ijen Bambang Heri Purwanto, mengatakan intensitas hujan yang tinggi selama Bulan Maret ini mengakibatkan gas beracun Karbon Monoksida (CO) meningkat. Dia melanjutkan, peristiwa ini rutin terjadi tiap tahun dan membuat aktivitas pendakian di Gunung Ijen harus ditutup hingga kembali normal.
"Dua hari sebelumnya ada gempa vulkanik dangkal naik, dipicu oleh curah hujan yang tinggi, karena di sana ada air danau, di atas suhunya dingin sementara di bawah panas," ujar Bambang saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (22/3).
Setiap hari, kata Bambang, di Gunung Ijen memang selalu ada gas beracun, namun keadaannya dalam status normal atau tidak normal.
"Gas beracun di Gunung Ijen selalu ada. Cuma normal dan tidaknya saja. Saat ini dari pantauan kami sudah normal," ujarnya.
Meski demikian, aktivitas pendakian di Gunung Ijen hingga saat ini masih ditutup hingga dipastikan aman. Sementara radius aman yang diperbolehkan sekitar 1 kilometer dari bibir kawah Ijen.
Dia menambahkan, sejak dua hari lalu, gempa amplitudo di kawah Gunung Ijen sebanyak 10 kali, dan meningkat 22 kali di hari berikutnya.
"Hari ini sampai pukul 07.00 WIB masih ada 12 kali gempa," kata dia.
Seismograf di PPAG Gunung Ijen hingga siang ini juga masih menunjukkan aktivitas getaran di permukaan Kawah Ijen.
"Gempa masih bisa terus terjadi. Kalau kondisi normal biasanya hanya empat kali, tetapi kita tidak pelu panik, karena pengaruh geotermal akibat curah hujan tinggi," jelasnya.
Gas beracun di Gunung Ijen sempat meningkat sejak dua malam terkhir. Sejak Rabu (21/3), pukul 19.00 WIB, dikabarkan puluhan warga yang tinggal di lereng Gunung Ijen, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso diduga terkena gas beracun. Para korban telah dibawa ke Puskesmas dan RSUD Bondowoso.