Para penambang belerang juga dilarang. Semua aktivitas sementara dihentikan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Ijen memastikan, sejak tadi pagi gas beracun Karbon Monoksida (CO) sudah mulai normal. Meski demikian, pendakian di Gunung Ijen hingga saat ini masih ditutup.
"Gas di Gunung Ijen keadaannya terpantau normal, tidak ada yang signifikan," ujar Kepala PPGA Gunung Ijen, Bambang Heri Purwanto, Kamis (22/3).
Pihaknya masih merekomendasikan ke BKSDA Wilayah V Banyuwangi untuk menutup pendakian ke Gunung Ijen, tidak hanya wisatawan namun juga para penambang belerang. "Radius normal, satu kilo dari kawah Ijen kami rekomendasikan. Aktivitas penambang tidak ada. Sampai menunggu analisa perubahan gempa, dan secara visual," jelasnya.
Dia menambahkan, masyarakat tidak perlu panik dengan adanya meningkatnya gas beracun di Ijen. Peristiwa tersebut terjadi karena terjadi perubahan suhu di musim hujan yang mengakibatkan gempa vulkanik dangkal. Dari gempa tersebut, menimbulkan rekahan yang mengeluarkan gas beracun.
"Kami tidak perlu panik, karena pengaruh geotermal, karena curah hujan tinggi. Tahun sebelumnya juga terjadi," katanya.
Gas beracun ini, kata Bambang, bisa terurai ketika terkena panas matahari. "Bisa terurai kalau kena sinar matahari, sementara cuaca sejak kemarin turun hujan," jelasnya.
Meningkatnya gas beracun di Gunung Ijen sempat meningkat sejak dua malam terkhir. Sejak Rabu (21/3), pukul 19.00 WIB, dikabarkan puluhan warga yang tinggal di lereng Gunung Ijen, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso terkena gas beracun. Para korban telah dibawa ke Puskesmas dan RSUD Bondowoso.
"Korban ini jaraknya 7 kilo dari kaldera. Dan yang terkena di dekat bantaran kali pait. Tapi penyebabnya sampai sekarang masih belum dipastikan, diduga karena gas beracun yang terbawa dari air kawah," katanya.