"Memang kita punya gerakan menjaring anak putus sekolah, namanya Garda Ampuh," kata Anas.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas mendadak ingin menemui tiga anak putus sekolah di pinggiran Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Senin (22/8). Ketiga anak yang kini ditangani Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh) itu adalah; Nur Natasya, Riki Agus dan Yogi Arviyanto.
Garda Ampuh adalah program yang digagas Pemkab Banyuwangi untuk pengentasan anak putus sekolah. Di Kecamatan Bangorejo ini, ada tujuh anak putus sekolah yang terjaring Garda Ampuh. Nur, Riki dan Yogi adalah tiga di antara tujuh anak tersebut.
"Memang kita punya gerakan menjaring anak putus sekolah, namanya Garda Ampuh. Ini kita koneksikan dengan Banyuwangi Children Center (BCC). Termasuk (Nur) Natasya ini. Dia sempat kerja di Bali, jadi penjaga warung. Kemudian dijemput oleh tim Garda Ampuh untuk diminta sekolah lagi," kata Anas di sela kunjungannya ke rumah Nur Natasya.
Sebelum memutuskan bekerja, Nur merupakan lulusan SD Negeri 4 Temurejo. Namun, karena keterbatasan biaya, dia terpaksa pergi ke Bali untuk bekerja membantu ekonomi orang tuanya. Nur bekerja sebagai penjaga rumah makan dengan gaji Rp 100 ribu per minggunya.
Kemudian oleh tim Garda Ampuh, Nur dijemput dan disekolahkan di SMP Negeri 3 Bangorejo sejak 8 Agustus 2016. Untuk biaya penunjang, semua ditanggung pemerintah daerah. "Biaya dasar, sebenarnya sudah gratis. Tapi memang butuh dana seperti uang saku, beli sepatu, beli tas, atau mungkin biaya transportasi ke sekolah. Ini yang harus diselesaikan bersama," ucap Anas.
Anas mengaku sengaja datang mengunjungi Nur, Riki dan Yogi, setelah membaca laporan dari dinas pendidikan terkait Program Garda Ampuh. "Saya sengaja cek di daerah sini. Ini desanya sudah paling ujung, sebelahnya sudah langsung masuk kawasan hutan. Saya datang memang sengaja mengecek apa betul dinas bergerak dengan baik," ujarnya.
Selain menemui Nur, orang nomor satu di Tanah Blambangan ini juga menemui Riki Agus dan Yogi Arviyanto. Keduanya juga pelajar putus sekolah sejak SMP kelas satu. Alasannya sama, karena tak memiliki biaya untuk meneruskan sekolah.
Riki sendiri, semula belajar di salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang ada di Sumber Beras, Kecamatan Muncar. Karena terkendala biaya, Riki memutuskan berhenti sekolah dan sempat bekerja di Bali selama satu bulan. Kemudian dia lebih banyak menganggur di rumah.
Beruntung Riki terjaring tim Garda Ampuh dan disekolahkan ke SMP Negeri 3 Bangorejo. Sama halnya dengan Yogi, yang putus sekolah saat masih duduk di bangku SMP kelas satu, yang kini terdaftar sebagai siswa SMP Negeri 2 Bangorejo.
Di tempat sama, Kepala Dinas Pendidikan, Sulihtiyono, mengatakan berdasarkan data yang dimiliki pihaknya, di Banyuwangi terdapat 5.141 anak putus sekolah. Dari jumlah tersebut, 1.435 anak telah berhasil dikawal hingga lulus SMA maupun sekolah sederajat per Juli lalu.
Sementara yang masih dalam masa penanganan atau masih disekolahkan kembali, ada 2.668 anak dari pelbagai tingkatan sekolah. Sedangkan 1.041 anak lainnya, masuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang merupakan pendidikan nonformal bagi masyarakat yang membutuhkan.
"Pendekatan program ini bisa mengajak anak kembali ke sekolah, bisa ikut pendidikan kesetaraan (paket a, b, c), ula (pendidikan diniyah formal setara SD/MI), wustho (setara SMP/MTs), Ulya (setara SMA/SMK/MA), dan pendidikan kecakapan seperti diberi keterampilan yang bisa menjadi bekal hidupnya," kata Sulihtiyono.