1. BANYUWANGI
  2. KOMUNITAS

Kampanyekan anti vandalisme, pegiat street art kumpul di Banyuwangi

Melalui seni mural dan grafiti, generasi muda bisa menyampaikan pesan visual sesuai realitas dengan terbuka dan bertanggungjawab.

Komunitas pegiat street art. ©2016 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Selasa, 23 Agustus 2016 10:46

Merdeka.com, Banyuwangi - Para seniman street art dari beberapa kota di Indonesia, baru saja melakukan tour Street Art Plesiran #2 untuk menggambar bersama. Mulai dari kota Pasuruan, Situbondo, Jember dan terakhir di Banyuwangi.

Acara yang digagas oleh Gusbill, seniman street art dari Brebes ini, datang ke Banyuwangi bersama rombongan pegiat street art seperti Bondrat, Loveleca, Initial A, Fortes, Arru, Chamo, Pinokibo, Modern, Enye, Faser, Nide, Artos, STMY, Zackthirteen, Lyc4, Isa, Mohawk, Eksumorey, Aries13, Masto SSBC dan Gusbill sendiri.

Masing masing dari pegiat street art tersebut saling menunjukan kreativitas menggambar bersama di tembok RTH Maron, Genteng, Minggu, (14/8).


Melalui kolaborasi menggambar dalam Street Art Plesiran #2 ini, Gusbill berharap agar para pegiat street art di daerah khususnya Banyuwangi bisa lebih berkembang.

"Semoga para pegiat street art lokal di setiap daerah yang disinggahi bisa mengambil dari para street artist dalam skala skill, konsep, dan teknik praktik pembuatan karya yang sungguh-sungguh sekalipun medianya di jalanan," tutur Gusbill dalam keterangan tertulisnya.

Gusbill melanjutkan, melalui seni mural dan grafiti, generasi muda yang memiliki kreativitas menggambar bisa menyampaikan pesan lewat gambar sesuai realitas yang ada di sekitarnya, dengan terbuka dan bertanggung jawab.

"Mural graffiti di area publik itu sangat tepat karena dapat komunikasi langsung ke masyarakat umum dalam penyampaian pesan yang diusung melalui bahasa visual. Artinya pegiat street art sejati itu walaupun bermedia tembok jalanan yang kumuh rusak tapi dalam menciptakan karya tetap serius dan maksimal," paparnya.

Sejumlah seniman mural terlihat menggambar di ruang publik
© 2016 merdeka.com/Mohammad Ulil Albab

Selain itu, kegiatan plesiran ini juga ingin mengkampanyekan agar para seniman street art, harus melampaui proses izin kepada pemilik tembok atau media gambar bila ingin berkarya. "Tujuannya sebagai wadah para pelaku seni jalanan di Banyuwangi, agar tidak mencoret-coret tembok tanpa ijin dari pemilik. Menghilangkan aksi vandalisme. Soalnya itu membuat kotor, merusak. Itu salah satu pelajaran yang saya dapatkan dari mereka," ujar Ferdian Anwar (25) ketua panitia dari komunitas street art Baft Banyuwangi, Kamis (18/8).

Para pegiat street art tersebut berupaya berkarya di ruang publik melalui seni visual grafiti. Mengekspresikan pesan-pesan sosial yang mendidik sesuai ekspresi masing-masing personal di ruang publik.

Sekitar 30 meter, sepanjang tembok RTH Maron Genteng, para pegiat street art ini saling mengekspresikan pesan yang ingin disampaikan. Ada yang mengajak agar mencintai lingkungan lewat teks dan gambar "Malu membuang sampah sembarangan" ada pula yang bertema nasionalisme seperti gambar dengan simbol tangan memegang bendera merah putih.

Acara street art ini sendiri, kata Ferdian sudah mendapat izin dari pihak kecamatan, Polsek dan DKP Banyuwangi. "Bahwa kita menggambar itu bisa dapat izin, kalau mau izin baik-baik. Tidak perlu mengotori tembok orang. Bahwa karya yang dinilai bagus dan benar, harus dapat izin dari pemilik. Mereka sangat mendukung, asal tidak SARA dan bisa mendidik," ujar Ferdian.

Ferdian sendiri sebagai pegiat street art di Banyuwangi, seringkali menemui aksi vandalisme atau corat-coret di tembok-tembok ruang publik tanpa izin dan tidak bertanggung jawab. Seringkali berupa kata-kata kotor, berbau pornografi dan menyuarakan kebencian.

"Soalnya sering menemui ada yang menggambar tanpa izin. Misalkan tulisan-tulisan vandal maupun gambar yang sifatnya olok-olokan. Kata-kata kotor yang saling menjatuhkan itu banyak. Sebenarnya kalau niatnya bagus dan enak dipandang banyak yang mau memberi izin," ujarnya.

Bahkan, kata Ferdian, bila niat menggambar baik dan bisa dinikmati semua orang di ruang publik, maka akan mendapat apresiasi. Misalkan disuruh menggambar di cafe, gedung sekolah mulai TK, SD sampai SMA.

(FF/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Komunitas
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA