Konser Jazz Patrol Kemerdekaan diselenggarakan untuk memeriahkan HUT RI ke-71.
Merdeka.com, Banyuwangi - Di balik kemeriahan acara Jazz Patrol Kemerdekaan yang dihadiri ribuan penonton, ada kesibukan kecil dari bintang tamu musisi asal Jepang dan Indonesia. Junichi Usui, pemain biola asal Jepang bersama Ali Gardy (flute dan saxophone asal Situbondo Ethno Society), Ghuiral Sarafagus pemain klarinet dari Sanskerta Ethnic Fusion, Jember, dan Bonil pemain Sehtar dari Kampung Jati Tujuh, Majalengka terlihat sedang membuat komposisi musik jazz dadakan sebelum tampil.
Konser Jazz Patrol Kemerdekaan diselenggarakan untuk memeriahkan HUT RI ke-71. Diselenggarakan oleh warga Kelurahan Temenggungan, Banyuwangi melalui kelompok Kampong Wisata Temenggungan (Kawitan).
Acara konser, berlangsung mulai pukul 19.00 WIB dengan pembuka penampilan tari Jejer gandrung dan pertunjukan kesenian bela diri asal Temenggungan yang bernama Swaka Pasung Laksa.
Saat penonton asik melihat tari jejer gandrung, empat musisi jazz dari Jepang dan Indonesia sedang duduk santai di belakang pentas untuk membuat komposisi musik spontanitas. "Judulnya Banyuwangi Syahdu Merindu. Sebuah World musik. Konsepnya dialog bunyi pada masyarakat saja. Yang buat kita berempat," ucap Ali Gardy, kepada Merdeka Banyuwangi, Minggu (21).
Saat ditemui, Ali bersama Ghuiral, Junichi dan Bone sedang duduk santai sambil sesekali memainkan alat musiknya. Keempatnya memang sengaja membuat komposisi musik dadakan. Selain baru saling bertemu di Banyuwangi, penggunaan alat musik serta gaya bermain yang berbeda membuat mereka butuh adaptasi singkat.
"Buatnya tadi spontanitas. Penekanannya pada respons pemain dan penonton. Musiknya lebih ke meditasi, musik program sebagai simbol rasa syukur," imbuh Ali.
Sementara itu, Ghuiral sendiri dalam komposisi musik dadakan ini akan menggunakan alat musik tiup Bansuri. Sebuah alat musik tradisional asal India. Dia mengatakan, kolaborasinya ini merupakan bentuk jazz yang sesungguhnya.
"Karena jazz dalam arti yang sesungguhnya itu improfisasi yang tidak terbatas," tutur pria yang akrab dipanggil Iral.
Bonil sendiri sebagai pemain Sehtar, alat musik petik dari Turki, berpendapat bahwa musik tradisional Banyuwangi punya ciri khas yang unik. "Menurutku, sangat ekspresif. Entah itu akulturasi Bali atau Jawa, tapi melahirkan kekhasan tersendiri. Enggak Jawa ya tidak Bali," paparnya.
Sedangkan Junichi Usui mengatakan dalam kolaborasinya dia akan memainkan alat musik Sho. Sebuah alat musik tiup instrumental dari Jepang.
"Saya memang sedang menekuni belajar berbagai jenis varian genre musik etnik, tradisional, kontemporer, dan musik eksplorasi imporvisasi," tuturnya.
Junichi mengatakan ketertarikannya untuk datang ke Banyuwangi, berawal saat melihat video musik dari seniman-seniman Banyuwangi di jejaring sosial. "Musiknya sangat unik, menarik dan saya tergoda untuk datang ke Banyuwangi, supaya bisa berkolaborasi dengan para seniman Banyuwangi," katanya.