1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Cerita Saif, dua tahun terhalang surat mutasi, akhirnya bisa kembali sekolah

"Alhamdulillah akhirnya Saif bisa sekolah lagi. Terima kasih untuk semua yang sudah mewujudkan keinginan Saif," kata Fony.

Mohammad Saifani Aszad . ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 21 Juli 2018 12:19

Merdeka.com, Banyuwangi - Mohammad Saifani Aszad (14) penyandang disabilitas cerebral palsy asal Kabupaten Banyuwangi akhirnya bisa tersenyum lebar saat mengetahui dirinya bisa kembali sekolah pada Senin besok (23/7) di SDLB A Banyuwangi.

Sebelumnya, Saif sempat tidak bisa melanjutkan sekolah selama dua tahun karena terhalang surat mutasi dari Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) C Banyuwangi untuk pindah ke sekolah yang diinginkannya, di SDLB A Banyuwangi.

"Alhamdulillah akhirnya Saif bisa sekolah lagi. Terima kasih untuk semua yang sudah mewujudkan keinginan Saif yang tertunda lebih dari 2 tahun," kata Fony Istanto, Ayah Saif, Jumat (20/7).

Fony bercerita, Anaknya sempat tidak bisa melanjutkan sekolah karena terhalang surat mutasi pindah sekolah, dengan sebab yang tidak jelas dari Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) C Banyuwangi. "Entah karena alasan apa, surat itu belum diberikan," ujarnya.

Fony memindahkan ingin memindahkan anaknya ke sokolah lain di SDLB A karena melihat perkembangannya yang signifikan. Anaknya mulai bisa membaca dan menulis. Sebelumnya, sudah 4 tahun anaknya sekolah di SDLB C tidak ada perkembangan signifikan dalam sekolah tersebut.

"Anak saya juga tidak kerasan. Kemudian saya ke SLB A mendapatkan pekerjaan membuat seragam. Saya selalu ajak dia kemana-mana. Lah kok saat disana kok dia akrab dengan yang teman-temannya yang lain. Barulah saya minta izin untuk menyekolahkan anak saya ke SDLB A," tambahnya.

Saif hanya sempat sekolah di SDLB A selama seminggu. Dia akhirnya mulai bisa membaca, menulis, bicara dengan teman-temannya. Namun dia harus berhenti sekolah selama dua tahun karena tidak mendapatkan surat mutasi dari sekolah sebelumnya.

"Tapi setelah seminggu bersekolah, saya diminta untuk mendapatkan surat mutasi dari sekolah sebelumnya. Kemudian anak saya sudah tidak boleh sekolah lagi di SLB A. Karena tidak ada surat mutasi," tambahnya.

Selama dua tahun tidak sekolah, Saif hanya belajar sendiri di rumah bersama orang tuanya. Setelah cerita Saif tersebar di media sosial, kasus tersebut langsung ditangani cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Banyuwangi.

Saif dan keluarganya pada Jumat (20/7) pagi, dipanggil pihak Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Banyuwangi. Di sana, Saif langsung dipertemukan dengan Kepala Sekolah SDLB A. Segala persoalan administrasi akhirnya bisa dituntaskan.

"Semoga ini tidak terjadi pada Anak-anak yang lain. Cukup kami saja yang mengalami," katanya.

Kepala Sekolah SDLB A, Kateni, mengaku senang Saif masuk di sekolah yang dipimpinnya. Menurut dia, sekolahnya selama ini siap menerima Saif.

"Tapi karena tidak ada surat pindah dari sekolah sebelumnya, maka itu tidak bisa diproses," katanya.

Sementara itu, staf bidang pendidikan menengah Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Banyuwangi, M. Arif menyampaikan, sebenarnya tidak ada masalah terkait proses perpindahan Saif dari SLB C ke SDLB A. Dia sendiri enggan berkomentar tentang persoalan yang terjadi dua tahun lalu yang membuat Saif tidak bisa sekolah.

"Saya tidak bisa komentar masalah kendalanya, karena itu terjadi dua tahun lalu," jelasnya.
Saat ini, pihaknya akan membantu 100 persen proses perpindahan Saif mulai dari surat pindah dan administrasi lainnya.

"Hari ini secara resmi sudah diterima sekolah. Saif akan mulai sekolah pada hari Senin," ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Sekolah SDLB C, Subillah membantah bila pihaknya pernah mempersulit proses perpindahan sekolah Saif. Dia mengaku hanya menunggu permohonan surat pindah resmi dari orang tua Saif.

"Kami melayani dengan cinta kasih dari hati. Semua untuk anak-anak. Tidak benar jika saya menghambat anak sekolah," katanya.

(MT/MUA)
  1. Info Banyuwangi
  2. Pendidikan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA