1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Dokter Viral isi Seminar Pelayanan Kesehatan Sepenuh Hati di Banyuwangi

"Jangan sampai ada yang tanya 'Mbak bisa bantu?' tapi langsung dijawab 'nggak bisa'. Waah ya harus helpful, orang sakit harus dibantu".

Seminar kesehatan di Auditorium Stikes Banyuwangi. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Kamis, 22 November 2018 18:10

Merdeka.com, Banyuwangi - Dokter yang sempat viral karena mengisi seminar kesehatan dengan cara-cara jenaka, dr Agus Ali Fauzi, PGD, Pall Med (ECU), mengisi seminar kesehatan di Auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/11). Dia membagikan pengetahuan kesehatan kepada 600 peserta dari kalangan tenaga kesehatan, mahasiswa kesehatan, hingga pegawai beberapa perusahaan swasta.

Dengan joke atau guyonan gaya Suroboyoan yang disampaikan, dia kerap membuat peserta seminar terpingkal. Kepala Instalasi Paliatif RSUD Dr Soetomo Surabaya itu terkenal setelah video dirinya memberikan seminar kesehatan secara jenaka di depan pensiunan BRI Cabang Surabaya Februari 2018 viral di media sosial.

Di Banyuwangi dia membawakan tema layanan sepenuh hati di bidang layanan kesehatan. Dia mendorong tenaga kesehatan Banyuwangi harus bersedia memberikan bantuan-bantuan kepada pasien tanpa pandang bulu.

"Jangan sampai ada yang tanya 'Mbak bisa bantu?' tapi langsung dijawab 'nggak bisa'. Waah ya harus helpful, orang sakit harus dibantu," kata dia.

Dengan udeng Osing warna merah dan kacamata berbingkai hitam, dia memaparkan bahwa sikap yang ramah, dengan senyuman dan bantuan-bantuan yang diberikan tenaga kesehatan bisa memberikan dampak positif pada kedua belah pihak. Pasien yang mendapatkan keramahan dan penanganan yang bagus akan mengalami peningkatan daya tahan tubuh dan mempercepat penyembuhan atas penyakitnya.

"Melayani itu tidak hina, melayani itu mulia. Dengan membantu orang lain kita sendiri akan lebih bahagia," kata dia.

Dia mengatakan melayani sepenuh hati berarti memenuhi dan atau melampaui kebutuhan pelanggan. Untuk mencapainya harus memperhatikan kenyamanan dan keamanan bersama, kecepatan dan keakuratan kerja, serta sikap yang ramah.

Dia juga mengingatkan bahwa tenaga kesehatan bisa sakit, sehingga harus berupaya mempertahankan kesehatan diri agar terus bisa membantu orang lain. Misalnya dengan selalu bersyukur, mengandalkan kerja kelompok di kantornya sehingga tidak stres sendiri terbebani tugas, hingga menciptakan suasana keluarga yang nyaman, menyenangkan dan harmonis.

"Bekerja dengan tangan itu baik, bekerja dengan tangan dan pikiran lebih baik, tapi yang paling baik bekerja dengan tangan, pikiran dan hati," ujar ahli Paliatif yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran (FK) Unair Surabaya itu.

Sementara Ketua Stikes Banyuwangi, Dr Soekardjo yang juga selaku penyelenggara acara mengatakan pada umumnya pelayanan prima harus dilakukan. Dia menilai selama ini pelayanan masih sekedar melayani, namun belum mencapai predikat excelent.

Pelayanan bagi tenaga kesehatan juga seharusnya tidak hanya eksternal kepada masyarakat atau pasien saja. Dia mengatakan pelayanan di internal instansi justru lebih penting agar kinerja instansi tersebut berjalan dengan lancar.

Soekardjo menjelaskan, bahkan saling membantu dan melayani di dalam keluarga juga sangat dibutuhkan. Dia mencontohkan sopir taksi yang hanya berhenti dan membiarkan penumpang membuka pintu mobil sendiri bukanlah contoh pelayanan excelent.

"Sopir taksi yang berhenti, lalu keluar dan membukakan pintu mobil untuk penumpang juga belum excelent. Sopir taksi yang berhenti, lalu keluar untuk membukakan pintu, lalu berinteraksi dengan penumpang adalah pelayanan yang excelent," katanya.

 

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Info sehat
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA