Program Pujasera sebelumnya pernah masuk dalam nominator layanan publik terbaik 2016 versi Kemenpan-RB.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sebagian kecil masyarakat Banyuwangi masih terbiasa membuang air besar di sembarang tempat. Oleh sebab itu, Pemerintah kabupaten setempat membuat inovasi program Pujasera (Pergunakan Jambang Sehat, Rakyat Aman).
Pujasera adalah inovasi yang dijalankan Puskesmas Tampo, Banyuwangi. Inovasi ini merupakan gerakan bebas buang air besar (BAB) di sembarang tempat alias Open Defecation Free/ODF. Yang menjadi subyek gerakan ini adalah masyarakat desa di wilayah Puskesmas Tampo, dimana sebagian warga di wilayah selatan Banyuwangi itu masih memiliki kebiasaan BAB di sungai.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengakui sejumlah warga kabupaten paling ujung Pulau Jawa itu diketahui masih BAB di sungai. Namun bukan berarti persoalan ekonomi, tapi karena faktor kebiasaan.
"Ada yang punya ternak banyak, artinya secara ekonomi relatif mencukupi, tapi tetap BAB di sungai karena kalau di jamban justru bagi mereka tidak nyaman. Oleh karena itu, pendekatannya terintegrasi. Ada peran tokoh agama, ada aspek kesehatan dan ada intervensi ekonomi bagi warga yang kurang mampu membikin jamban sendiri," ujarnya beberapa waktu lalu.
Program Pujasera sebelumnya pernah masuk dalam nominator layanan publik terbaik 2016 versi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB). "Tentu ini menjadi pemacu semangat bagi kami untuk meningkatkan kualitas inovasi layanan," kata Anas.
Dia juga mewajibkan setiap 45 unit puskesmas yang ada untuk membuat inovasi berdasarkan karakteristik permasalahan yang dihadapi. Begitu berhasil, inovasi itu dapat diterapkan ke puskesmas di daerah lainnya.
Sejumlah inovasi lain di antaranya program Apresiasi Ibu Cerdas Peduli Imunisasi (Air Limun) dan Stop Angka Kematian Ibu dan Bayi (Sakti). Hasilnya, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran turun dari 9,31 (2012) menjadi 6 (2014), melampaui target MDGs untuk Banyuwangi yang sebesar 23.
Adapun angka kematian Ibu juga menurun drastis dari 142 menjadi 93, melampaui target MDGs sebesar 102. "Itu untuk tahun 2014. Tahun 2015 masih didata, yang pasti untuk indikator kematian Ibu dan bayi semakin menurun dari tahun 2014," katanya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Tampo Tatiek Setyaningsih, mengatakan inovasi itu dijalankan dengan sejumlah program. Pertama, kampanye ODF secara masif yang melibatkan tokoh masyarakat, agama, dan Satgas ODF. Puskesmas juga membentuk komunitas kader Pujasera yang kini mencapai 50 orang dan siap siaga membantu warga untuk mengetahui secara rinci manfaat program itu.
Program selanjutnya ialah dengan gerakan membongkar jamban di sungai, di mana dalam aksi ini kader Pujasera menancapkan pengumuman berisikan ajakan menggunakan jamban sehat.
Terakhir, mereka memberikan pinjaman dengan bunga lunak untuk bekerja sama dengan program pemerintah lainnya yang melibatkan penyedia bahan bangunan. Di dusun wilayah itu juga sudah dibentuk 'Arisan Jamban' yang diikuti warga kurang mampu. Setiap bulannya arisan mereka diundi.
"Setelah itu, warga dan kader Pujasera bersama-sama membangunkan jamban untuk warga kurang mampu tersebut. Juga ada intervensi pemerintah dalam bentuk bantuan untuk melengkapinya," jelasnya.
Hasilnya, di wilayah Puskesmas Tampo terwujud 2 desa ODF dari empat desa. Sebelumnya, hanya ada 1.034 keluarga yang memiliki jamban, kini bertambah menjadi 5.025 keluarga atau meningkat 386 persen. "Tahun ini juga empat desa di Puskesmas Tampo bisa ODF semuanya. Semua keluarga akan memiliki jamban pribadi," jelasnya.
Alumnus Magister Manajemen Kesehatan Universitas Brawijaya itu juga mengungkapkan, angka masyarakat yang sakit akibat penyakit lingkungan buruk terus menurun. Jika sebelumnya mencapai 35 persen di tahun 2013 kini hanya 18 persen pada tahun 2015.
Penyakit diare dari 28,2 persen menjadi 12 persen. Lalu Typoid dari 8,7 persen menjadi 38 persen, DHF dari 0,25 persen menjadi 0,10 persen, Influenza dari 10,3 persen menjadi 8,5 persen.