1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Erosi dan pendangkalan sungai di Banyuwangi, kerugian ditaksir ratusan juta

"Ini biayanya besar, satu dam rata-rata butuh anggaran Rp 200 juta. Kalau 5 dam ya Rp 1 miliar".

Sungai Badeng. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Kamis, 12 April 2018 10:14

Merdeka.com, Banyuwangi - Sudah 7 bulan sungai Badeng yang berhulu dari kaki Gunung Raung, Kabupaten Banyuwangi, berwarna cokelat pekat, membawa material tanah dan pasir hingga ke hilir. Peristiwa ini terjadi karena di Kaki Gunung Raung, tepatnya di bukit Pendil terjadi pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor dan tumbangnya pohon. Akibatnya, sepanjang sungai Badeng mengalami penumpukan sedimen yang menyebabkan pendangkalan.

Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Banyuwangi, Guntur Priambodo menjelaskan, agar irigasi pertanian bisa maksimal, butuh anggaran ratusan juta untuk pengerukan.

Program pengerukan sedimen akibat erosi di dam-dam biasanya dilakukan 3 tahunan sekali. Pihaknya sudah melakukan pengerukan sedimen setahun yang lalu, namun akibat peristiwa ini, pihaknya harus kembali melakukan pengerukan di tahun ini.

"Tahun kemarin sudah dikeruk. Karena sudah penuh lagi ya tahun ini akan dekeruk lagi. Ini biayanya besar, satu dam rata-rata butuh anggaran Rp 200 juta. Kalau 5 dam ya Rp 1 miliar," ujar Guntur Selasa (10/4).

Hingga Rabu kemarin, (11/4) sungai Badeng yang mengaliri kawasan Kecamatan Songgon, Singojuruh, Rogojampi dan Blimbingsari ini masih terpantau berwarna cokelat pekat.

"Banyak dam-dam kita sekarang penuh sedimen menyebabkan pendangkalan di saluran. Misalnya yang kapasitasnya 2 meter kubik jadi 1,2 meter kubik, sehingga air irigasi tidak bisa maksimal sampai ke petani," jelasnya.

Sementara itu, sudah tiga bulan terakhir, anak-anak di kawasan Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh, sering bermain sepeda ontel di atas sungai yang mengalami pendangkalan.

"Sudah tiga bulan saya sama teman-teman sudah main sepeda di sungai. Sak urunge heng biso, soale ombake gede akeh watune (Sebelumnya enggak bisa karena arusnya kencang dan banyak batu)," ujar salah satu anak, Dimas disela bermain bersama teman-temannya.

Selain itu, Ashadi (58) salah satu warga Desa Cantuk yang tinggal di dekat sungai mulai menyadari air sungai berwarna coklat pekat terus menerus sejak bulan November.

"Seingat saya sudah sejak Bulan November tahun lalu, saat pemilihan Pilkades," kata Ashadi.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Eka Muharam mencatat, berdasarkan laporan awal dari warga, tanda-tanda sungai Badeng mulai keruh terjadi pada Bulan September 2017, terhitung sudah 7 bulan hingga saat ini.

"Mulai ada tanda-tanda keruh itu Bulan September 2017, itu saat musim hujan datang. Awalnya diangap ada longsoran kecil biasa di sungai Badeng. Sampai Bulan Januari mulai berpiir kok tidak berhenti," ujar Eka.

Eka melanjutkan, penyebab utama sungai Badeng menjadi keruh karena terjadi longsor di Gunung Pendil, kawasan hutan lindung yang berbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dengan Bondowoso.

"Hutan di sana berdasarkan penelusuran kami, itu hutan yang sulit dijamah manusia. Jadi bukan karena alih fungsi lahan. Itu kan hutan tua, lereng kemiringan lebih dari 45 derajat. Ada pohon-pohon besar diameter lebih dari 1 meter yang ikut roboh, terdampak longsor," terangnya.

Luas longsor yang terjadi, kata Eka, cukul lebar, sekitar 100 x 50 meter. Untuk mengetahui lebih lanjut detail material longsor dan penyebabnya, pihaknya masih berkoordinasi dengan PVMBG Bandung.

"Surat sudah dilayangkan Sekda untuk lakukan penelitian kajian dan saran penanganan," katanya.

(ES/MUA)
  1. Info Kota
  2. Sungai di Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA