Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyabet gelar Indonesia Marketing Champion 2014.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyabet gelar Indonesia Marketing Champion 2014 untuk kategori kalangan pemerintahan (Government) karena dinilai cukup berhasil memasarkan kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu.
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya kepada Anas di Jakarta, Kamis (11/12). Ajang penghargaan tahunan ini diselenggarakan oleh MarkPlus Inc.
Pendiri MarkPlus yang juga pakar pemasaran Hermawan Kartajaya mengatakan, beragam strategi pemasaran yang dilakukan Bupati Banyuwangi mampu mengangkat pamor daerahnya. Selain menjadi destinasi wisata unggulan, Banyuwangi juga mulai dilirik sebagai tempat berinvestasi.
"Dari ratusan kepala daerah, Pak Azwar Anas adalah salah satu yang inovatif dan sadar marketing. Banyuwangi juga mampu menyinergikan pengembangan destinasi wisatanya dengan pihak lain, termasuk dengan BUMN," ujar Hermawan dalam rilis yang diterima merdeka.com, Kamis (11/12/2014).
Dewan Juri dalam penghargaan ini adalah sejumlah tokoh, antara lain, Menteri Pariwisata Arief Yahya, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, CEO MarkPlus Hermawan Kartajaya, dan Direktur Telkom M. Awaluddin.
Sejumlah kriteria dalam penilaian penghargaan ini antara lain pengaruh dan integritas personal, inovasi, kinerja, dan dampak komunitas. "Bupati Banyuwangi menunjukkan spirit marketing dalam kesehariannya," ujar Hermawan.
Salah seorang dewan juri, Dahlan Iskan, mengatakan, salah satu keunggulan Bupati Banyuwangi adalah kemampuan mengelola external customer dan internal customer sama baiknya.
"Ada kepala daerah lain yang hebat programnya, tapi tidak mampu mengelola para PNS-nya yang sesungguhnya adalah internal customer. Nah, Pak Azwar Anas ini hebat marketing untuk external marketing dengan kemampuan mendorong perubahan PNS secara baik," kata Dahlan.
"Pak Azwar Anas ini juga melakukan segala cara untuk memasarkan Banyuwangi. Saya tahu betul usahanya," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pemasaran daerah adalah hal strategis yang harus dilakukan untuk memajukan daerah. Bahkan, Anas memosisikan dirinya sebagai seorang salesman bagi Banyuwangi.
"Setiap ada kesempatan, saya selalu promosi. Di gadget saya lengkap tersimpan file presentasi data, foto, dan video tentang Banyuwangi. Ketemu orang di bandara, lewat Twitter, forum di mana-mana saya selalu pasarkan Banyuwangi," ujarnya.
Anas mengatakan, Banyuwangi memiliki potensi besar yang belum tersentuh dengan maksimal sebelumnya. "Butuh niat kuat, diplomasi tepat dan kerja cerdas untuk menggali potensi itu demi kemajuan daerah. Strategi pemasaran yang tepat dengan mengandalkan banyak saluran distribusi, mulai media konvensional, media sosial, hingga beragam aktivasi, menjadi kuncinya, kata Anas.
Sebelumnya, Banyuwangi memiliki image yang kurang positif sebagai daerah yang terkenal dengan aktivitas kleniknya atau yang biasa dikenal sebagai kota santet. Selain itu daerah ini juga dikelilingi oleh kawasan hutan dan pegunungan yang membuatnya sulit dijangkau.
Kini, Banyuwangi semakin mudah diakses dengan adanya bandara yang tiap hari sudah diterbangi Garuda Indonesia dan Wings Air. "Kami juga mendorong ekowisata yang mengandalkan wisata budaya dan wisata alam yang punya diferensiasi kuat dibanding daerah lain," tuturnya.
Tiap tahun di Banyuwangi digelar event kreatif bertajuk Banyuwangi Festival yang banyak mengandalkan kerja sama dengan dunia usaha alias private partnership. Ini salah satu cara mengasah lahirnya birokrasi yang punya jiwa entrepreneurship.
"Dengan anggaran APBD minimal, kita berupaya menghadirkan berbagai event wisata berkelas, seperti International Tour de Banyuwangi Ijen, Jazz Pantai, dan Festival Gandrung Sewu," tuturnya.
Terjadi perputaran ekonomi yang dinamis selama Banyuwangi Festival. Banyak orang yang datang, menginap di hotel-hotel, makan dan berbelanja oleh-oleh. Dengan berbagai event ini juga menunjukkan kalau Banyuwangi adalah daerah aman untuk daya tarik bagi masuknya investasi. Ibaratnya, menembak tiga burung dengan satu peluru, cetus Anas.
Hasilnya, pada 2013, investasi yang masuk di Banyuwangi mencapai Rp 3,2 triliun, meningkat hingga 175 persen dibanding tahun 2012 yang sebesar Rp 1,1 triliun. Jika dibandingkan dengan 2010 yang investasinya baru Rp 272 miliar, investasi di Banyuwangi melonjak drastis hampir 1.100 persen.
Citra Banyuwangi juga mulai bergeser menjadi kabupaten Digital Society di mana 1.300 titik wi-fi telah terpasang di berbagai tempat. Layanan publik juga mulai berbasis teknologi informasi, mulai dari administrasi kependudukan, pendidikan, sampai kesehatan.
"Tahun depan kami akan memperkuat brand Banyuwangi sebagai destinasi ekowisata dan investasi. Sudah ada beberapa strategi yang kami siapkan," ujarnya.