Kunci pembangunan nasional berada di desa, maka sangat tepat strategi pembangunan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas membahas pengembangan smart kampung (desa cerdas) di daerahnya dalam dialog bersama sejumlah tokoh dalam rangkaian Hari Pers Nasional di Padang, Rabu (7/2)malam.
Tokoh yang hadir antara lain Ketua DPD Oesman Sapta Odang, Menteri Desa PDTT Eko Sandjojo, Wagub Sumatera Barat Nasrul Abit, dan Ketua Komite I DPD Ahmad Muqowam. Diskusi juga diikuti jajaran pemerintahan se-Sumbar.
Bupati Anas mengatakan, kunci pembangunan nasional berada di desa, maka sangat tepat strategi pembangunan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla yang fokus ke perdesaan melalui dana desa dan program padat karya untuk mengintensifkan peredaran uang di desa.
"Nah, tugas pemerintah daerah menyokongnya dengan program-program penguat," ujarnya.
Yang dikembangkan di Banyuwangi adalah program 'Smart Kampung' dengan tujuh kriteria. Di antaranya pelayanan publik berbasis teknologi informasi. Saat ini, sudah 130 desa teraliri internet berbasis serat optik dari 189 desa.
"Memang belum semua, tetapi bertahap ini dilakukan. Kami fasilitasi dengan alokasi dana desa," jelas Anas.
Berkat TI, pelayanan publik lebih cepat dilakukan di desa. Hampir seluruh dokumen yang dulu mensyaratkan perizinan tingkat kecamatan, kini bisa dilakukan di desa. Termasuk dokumen untuk akses total layanan kesehatan bagi warga miskin.
"Dokumen akses total kesehatan itu kalau di sistem informasi Kementerian PAN-RB, butuh tiga hari karena harus izin kecamatan, lalu bupati ke dinas terkait. Tapi dengan smart kampung, cukup beberapa jam karena datanya yang berjalan, bukan orangnya," tuturnya.
"Ini bagi warga kota mungkin sepele, tapi bagi warga desa sangat berarti. Bayangkan mereka urus dokumen harus ke kecamatan dan kota yang jauh, pinjam motor tetangga, meninggalkan sawah," dia menambahkan.
Selain pelayanan publik, 'smart kampung' mensyaratkan agenda lain. Pendidikan, misalnya, dengan kursus bahasa asing gratis yang tiap tahun dinikmati 2.600 warga desa.
"Lalu Kampung e-Learning, pembelajaran desa berbasis digital kolaborasi Banyuwangi dengan startup teknologi pendidikan berkelas internasional. Bulan ini kami luncurkan," ungkapnya.
Banyuwangi juga mengintegrasikan program Garda Ampuh (Gerakan Angkat Anak Muda Putus Sekolah) dengan desa. Ada tabungan ribuan pelajar desa Rp 1 juta per siswa, serta bantuan uang saku tiap hari dan biaya transportasi yang difokuskan di desa-desa di empat kecamatan dengan potensi kemiskinan tinggi.
"Juga integrasi Puskesmas dan desa untuk jemput, rawat warga miskin yang sakit," katanya.