Dia menargetkan 2 tahun perjalanan menggunakan sepeda.
Merdeka.com, Banyuwangi - Sejak bulan Juli lalu, warga Semarang, Jawa Tengah, Harsono (40) memutuskan untuk menyusuri Nusantara dengan sepeda ontel. Dia ingin menelusuri tempat-tempat yang pernah disinggahi presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Perjalanan dia mulai dari titik nol Sabang sampai Merauke. Saat ini, Harsono sudah sampai di Banyuwangi, dengan perjalanan selama 102 hari.
Sesampai di Banyuwangi, Harsono ingin bertandang ke Taman Nasional Alas Purwo. Dia meyakini bahwa Soekarno pernah bertapa di Alas Purwo selama 40 hari.
"Soekarno pernah singgaah di Alas Purwo, pernah bertapa selama 40 hari. Ini mau arah ke sana, mau nginap semalam. Baru lanjut ke Bali, sampai tujuan akhir ke Boven Digul, Merauke," tuturnya kepada Merdeka Banyuwangi, Rabu (5/10).
Saat ditemui, Harsono hanya membawa tas berisi sarung dan dua buah baju ganti. Tanpa perlengkapan menginap atau memasak.
Pada bagian belakang sepeda ontel ontanya, terdapat foto Soekarno, dengan bagian sisinya tertancap dua bendera merah putih. Urusan makan dan kebutuhan selama perjalanan, Harsono punya prinsip jangan sampai minta-minta kepada orang.
"Kadang donasi dari orang, kadang nemu. Yang penting tidak minta ke orang. Masih banyak orang-orang yang punya rasa peduli kemanusiaan. Meski banyak juga yang mengolok-olok aktivitas saya," ujarnya.
Pria lulusan Universita Diponegoro (Undip) Semarang angkatan 1995-1999 ini juga pernah aktif di organisasi pencinta alam Mahasiswa Damai Pencinta Alam (Mabapala) Undip. Dari sana, dia banyak menyelami pemikiran Soekarno lewat buku-buku seperti di Bawah Bendera Revolusi.
Dalam perjalanan menelusuri jejak Soekarno ini, Harsono ingin menyampaikan pesan yang seringkali diungkapkan Soekarno. Bahwa jangan sampai melupakan sejarah, dan harus bangga pada budaya sendiri.
"Jangan sampai budaya kita terpinggirkan. Jangan sampai tidak bangga pada budaya sendiri. Terutama di bidang teknologi, sepeda motor, mobil. Berapa besar saudara kita yang kena korban. Ngontel kan sehat, kedua setidaknya mengurangi polusi," paparnya.
Selain itu, dia berencana akan menulis semua kisah perjalanannya. Tujuannya, agar mayarakat Indonesia punya keinginan untuk mempelajari sejarah.
"Pengalaman perjalanan ini akan saya tulis. Pengen jadi buku. Agar orang-orang ini mau datang ke tempat-tempat sejarah. Ini pengalaman sekali saja dalam hidup saya," ujarnya.
Selama perjalanan, sebagai petunjuk jalan Harsono hanya membawa selembar peta Indonesia. Tanpa GPS dan hanya bermodal tanya ke orang. Sekitar 60 km perjalanan, dia sering istirahat untuk nginap di pom bensin atau masjid.
Dia menargetkan selama perjalanan menghabiskan waktu dua tahun. Untuk pulang pergi dari Sabang ke Merauke. "Sekarang ini saya sudah habis ban luar dalam empat. Targetnya dua tahun. Ya pengalaman sekali seumur hidup," jelasnya saat ditanya apa akan berlanjut lagi.
Sementara ini, dia sudah mampir di Bukit Tinggi, Bengkulu, dan Danau Toba yang pernah menjadi tempat pengasingan Soekarno. Kemudian di Istana Maimun Medan dan di Kota Duri Pekan Baru sebagai tempat yang pernah disinggahi Soekarno.
"Saya sempat menginap juga di kawasan Istana Bogor, Istana Cipanas. Baru arah kemari, ke tugu pahlawan Surabaya. Kalau di tempatnya beliau, mampir nginep semalam seperti di Blitar," ujarnya