1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Homestay kian 'ngetren' dan banyak diminati wisatawan Banyuwangi

Homestay di Banyuwangi subur sebab kebijakan pemerintah kabupaten melarang pendirian hotel di sejumlah lokasi.

Homestay tumbuh subur di Banyuwangi. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Selasa, 24 Januari 2017 09:45

Merdeka.com, Banyuwangi - Seiring berkembangnya dunia pariwisata, tren wisatawan ‎kini lebih memilih homestay. Selain lebih dekat dengan objek wisata, mereka memilih homestay karena ingin merasakan kedekatan dengan masyarakat di daerah tersebut.

Di Banyuwangi, homestay tumbuh begitu pesat selama tiga tahun terakhir. Saat ini setidaknya terdapat 200 homestay, yang terdaftar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) Banyuwangi. Jumlah ini diperkirakan terus tumbuh.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan pihaknya terus mendorong pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat. Pariwisata menjadi payung payung untuk pembangunan Banyuwangi, karena salah satu tujuannya agar dampak pembangunan bisa dinikmati lebih banyak warganya.

"Salah satunya kami mendorong masyarakat untuk membangun homestay. Karena, homestay ini bisa menjadi penghasilan yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Selain itu kami juga melatih masyarakat menjadi tuan rumah yang baik, sehingga image pariwisata Banyuwangi akan menjadi wisata yang ramah, yang hangat," kata Anas.

Suburnya homestay di Banyuwangi tidak lepas dari kebijakan yang dibangun Pemkab Banyuwangi sendiri terkait tata ruang. Pemkab membuat regulasi yang melarang pendirian hotel di sejumlah lokasi wisata.

"Regulasi ini yang turut membuat homestay tumbuh di Banyuwangi. Banyak rumah-rumah warga di sekitar objek wisata, dimanfaatkan menjadi homestay. Selain untuk kepentingan tata ruang, kami ingin menciptakan peluang bagi warga," kata Anas.

Perkembangan positif homestay di Banyuwangi inipun, mendapat respon positif dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Kemenpar menggelar pelatihan Kapasitas Usaha Masyarakat Destinasi Pariwisata, Homestay dan Go Digital di Banyuwangi, Senin (23/1).

Pelatihan yang digelar selama dua hari tersebut diikuti pemilik homestay se-Banyuwangi, pelaku pariwisata, dan pihak perbankan. Dalam kesempatan tersebut hadir Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Pariwisata, Oneng Setya Harini

Oneng mengatakan, pemerintah saat ini tengah mengembangkan homestay berbasis desa wisata. Terdapat 74.954 desa di Indonesia yang memiliki potensi atraksi desa wisata. Mulai dari desa wisata bahari, desa wisata sungai, desa wisata irigasi, dan desa wisata danau.

Menurut Oneng, ketertarikan pengunjung terhadap homestay akan mengalami kenaikan dari 10 persen di 2016 menjadi 15 persen di 2020, di kota-kota besar dunia. Serta dari 2 persen di 2016, menjadi 5 persen di 2020 di Asia Tenggara. Karena itu, homestay kini tidak bisa dianggap remeh.

"Karena itu kami terus mendorong, agar pemerintah daerah bisa meningkatkan homestay. Ini merupakan pasar yang potensial. Dan rupanya Banyuwangi bisa menangkap peluang ini, mengingat dalam waktu tiga tahun telah tumbuh 200 homestay di sini," kata Oneng.

Oneng menyebutkan sejumlah keunggulan homestay dibandingkan hotel. Lama pembangunan homestay sekitar enam bulan, sedangkan hotel bisa sampai lima tahun. Homesyat low cost tourism, sedangkan hotel high cost tourism.

Dalam membangun homestay, imbuh dia, bangunannya harus menampilkan karakter dan kearifan lokal. Hal ini penting, karena dalam konsep Kemenpar lingkungan homestay merupakan bagian dari atraksi wisata.

"Homestay yang mengangkat gaya arsitek tradisional, pasti akan menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi wisatawan. Belum lagi ditunjang dengan tradisi dan budaya masyarakat setempat, pasti akan melengkapi pengalaman yang ingin dinikmati para wisatawan," jelas Oneng.

Untuk itu, salah satu materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah bagaimana mengembangkan homestay yang sesuai standar Kemenpar. Selain desainnya mengangkat arsitek tradisional, homestay tersebut harus memiliki standar pelayanan layaknya hotel. Mulai dari tingkat kebersihan, keteraturan jadwal, hingga pengaturan ruang di dalamnya.

"Homestay ada standar produknya. Yang penting lagi, harus menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi wisatawan, dengan pengelolaan homestay berstandar internasional," kata Oneng.

Selain materi tentang standar pelayanan homestay, pelatihan ini juga memberikan materi tentang pemasaran akomodasi pariwisata, khususnya memasarkan homestay. Saat ini Kemenpar telah bekerja sama dengan Telkom, untuk pemasaran digital melalui aplikasi Indonesia Tourism Exchange (ITX).

Oneng menjelaskan, industri pariwisata berbasis digital ini berfungsi untuk meningkatkan revenue industri pariwisata, dengan memperluas jaringan distribusi International. Meningkatkan customer experience melalui pemesanan dengan mudah, cepat, aman, terpercaya. Selain itu, juga untuk mengefisiensi operation perusahaan pariwisata melalui booking system, yang terintegrasi secara online ke distribution channel.

"Kami harap pelaku pariwisata di Banyuwangi bisa meningkatkan ini. Apalagi target kunjungan wisatawan ke Jawa Timur pada tahun ini, 649.000 wisatawan mancanegara, dan 54 juta wisatawan nusantara," tambah Oneng.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disbudpar Banyuwangi, MY Bramuda menambahkan pemkab turut mendorong perkembangan homestay karena bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan Pemkab juga bekerja sama dengan perbankan, melalui kredit lunak untuk homestay, dengan uang muka ringan‎ hanya satu persen dan bunga di bawah lima persen.

"Bersama Bank BTN, pemerintah telah bekerja sama untuk pemberian kredit lunak untuk homestay. Targetnya bisa ada seribu homestay di Banyuwangi," kata Bramuda.

Selain itu, Banyuwangi juga terus mendorong pelaku wisata mulai beralih dari pemasaran dari offline menuju online. "Saat ini banyak homestay di Banyuwangi, yang telah masuk ke situs transaksi digital ‎seperti Traveloka, dan lainnya, " pungkas Bramuda.

(MT/MT)
  1. Info Banyuwangi
  2. Pariwisata
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA