1. BANYUWANGI
  2. SENI DAN BUDAYA

Menikmati jazz patrol di tengah sawah dalam Festival Banjar Village

"Ada lagu Tetak-tetak, Nyebar Jolo, Nulayani Janji. Itu lagu-lagu lama yang coba kami lestarikan kembali dengan musik yang baru," kata Eko.

Jazz Patrol Banyuwangi di tengah sawah. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 09 Juli 2017 19:28

Merdeka.com, Banyuwangi - Jazz Patrol Temenggungan kembali tampil menghibur masyarakat dalam Festival Banjar Village, Desa Banjar, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Kali ini panggung pertunjukan berada di tengah area sawah dengan landscape persawahan terasiring di ketinggian 500 Mdpl.

Dalam suasana sejuk di bawah kaki Gunung Ijen, penonton diajak bernostalgia menikmati lagu-lagu Using tahun 1960-an, dengan alunan musik patrol yang dikemas jazzy.

"Ada lagu Tetak-tetak, Nyebar Jolo, Nulayani Janji. Itu lagu-lagu lama yang coba kami lestarikan kembali dengan musik yang baru," kata Eko Rastiko, Ketua Jazz Patrol Temenggungan sebelum tampil, Sabtu malam, (8/7).

Upaya mempopulerkan kembali lagu-lagu Using dilakukan atas keprihatinan semakin banyak generasi muda yang kurang mencintai lagu daerahnya.

"Kita miris dengan syair dan lagu dari luar seperti Korea, Jepang yang disukai generasi muda. Padahal Banyuwangi ini punya lagu-lagu lama dengan mutu syair yang bagus. Kami mengenalkan kembali dengan musik yang baru agar mudah diterima," ujarnya.

Hasilnya meski kondisi cuaca di Banyuwangi sedang gerimis terus-menerus, ratusan penonton terlihat masih bertahan mendengarkan permainan musik Jazz Patrol.

Kelompok musik Jazz Patrol asal Kelurahan Temenggungan, membawa 13 personel. Ada yang bermain angklung, kentongan, seruling, gendang, kluncing, kajon, gitar sampai contra bass.

Masing-masing personel memiliki latar belakang profesi beragam. Ada yang menjadi petani, nelayan, hingga kuli bangunan.

Namun, Temenggungan yang sudah terkenal sebagai kampung seniman sejak 1950-an, membuat personelnya memiliki darah seni yang mampu memikat penonton betah mendengarkan permainan musiknya.

Permainannya enak didengar, membuat Eko dan teman-temannya pernah diundang main di Kota Malang dan Jember. Bahkan, presiden musik jazz Perancis Utara, Claude Colpaert juga pernah mampir dan berkolaborasi di Temenggungan.

"Waktu di Malang, kami berkolaborasi dengan Trie Utami," tutur pria yang juga menjadi staf di Kantor Kelurahan Temenggungan ini.

Akan membuat album

Upaya menyelamatkan lagu-lagu Using lama yang pernah populer di era tahun 1950-1970-an, dilakukan dengan pertunjukan mandiri, mengisi acara Banyuwangi Festival, hingga menghadiri undangan untuk bermain di acara pernikahan.

"Dua minggu sekali kami tampil di Taman Sritanjung dengan sukarela. Bulan ini rencana kebanyakan mengisi di acara festival dan mantenan," ujarnya.

Tahun ini, Eko dan teman-temannya bakal membuat album berjudul "Jazz Patrol Kawitan" yang disupport Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Berisi 10 lagu dengan mengambil rekaman video di lokasi wisata.

"Satu bulan lagi launching. Ini sudah tinggal proses editing video. Pengambilan gambar videonya ada di wisata ijen, Pulau Merah dan Watu Dodol, sama Taman Sumbermanis di Suko, Gombengsari," tuturnya.

Bahkan, Jazz Patrol Temenggungan Juga sudah menyiapkan album kedua. Semua tetap berisi lagu-lagu Using lama, ditambah lagu ciptaannya sendiri.

"Lagu sendiri berjudul, Gending Isun, berisi semangat musik dan lagu ini biar sampai terkenal di seluruh dunia," ujarnya.

Ingin mendengar permainan musiknya, berikut video Jazz Patrol Temenggungan saat tampil di Banjar Village Festival.

(MT/MUA)
  1. Seni dan Budaya
  2. Musik
  3. Jazz Festival
  4. Seniman
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA