Konser mini digelar tiap akhir pekan. Kebanyakan penikmatnya anak muda.
Merdeka.com, Banyuwangi - Warung Angkringan Ngudi Raos, di Jalan Lingkar Selatan, Desa Pengantigan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi menyajikan suasana hangat bagi pengunjung setiap malam akhir pekan. Pengunjung bisa menikmati wedang rempah Uwuh sambil mendengarkan live musik keroncong.
Angkringan Ngudi Raos, memberi ruang kreatif para pemain musik keroncong yang berasal dari kelompok pengamen jalanan untuk tampil di kedainya. Dari situ, pengunjung akhirnya bisa menikmati suasana musik keroncong dengan lagu-lagu nostalgia dan modern.
"Ada kelompok yang kebetulan ngamen, keliling kampung. Sering main musik di pertigaan dekat sini. Kemudian saya hadirkan di sini, untuk menyegarkan suasana. Dan mereka saya kasih reward, agar waktunya tidak sia-sia," ujar Sidik Bintoro Jalu (46), pemilik Angkringan Ngudi Raos pekan lalu.
Meski konsep kedainya dikemas dengan suasana tradisional, seperti pajangan lukisan, etalase sepeda ontel tua dan musik keroncong, namun Bintoro menargetkan pasar kepada kalangan pemuda.
"Bisa dilihat sendiri, yang datang sebagian besar Anak-anak muda. Saya memang ingin memberikan ruang berkumpul yang menyenangkan buat mereka," katanya.
Suasana kedai yang semi outdor menjadikan suasana sejuk. Kemudian dipercantik dengan lampion yang digantung di pepohonan dan lampu lilin di setiap meja. Musik keroncong, kata Bintoro, bisa menenangkan dan membuat pengunjung rileks.
"Ini musiknya keroncong, tapi segmennya untuk anak muda. Ada fasilitas wifi, sambil minum Wedang Uwuh, suasana malam dengan musik keroncong ini menyamankan," ujarnya.
Bila berkunjung ke sana, pengunjung bisa mencoba minuman rempah wedang Uwuh yang berisi beragam rempah. Suasana malam yang dingin dengan musik keroncong, bisa dihangatkan dengan wedang Uwuh seharga Rp 6000.
Andri (52), salah satu dari 8 orang tim pemain keroncong Orak-arik yang diberi ruang bermain menjelaskan, dia dan teman-temannya senang karena memiliki tempat bermain baru dan didengarkan oleh pengunjung dengan tuntas.
"Saya merasa kesenian musik kami diapresiasi. Di sini kami bermain musik bisa didengarkan dengan total, beda saat mengamen, didengarkan hanya sekilas saja," ujarnya.
Pemain contra bass ini melanjutkan, kelompok musik Keroncong Orak-arik sudah terbentuk sejak tahun 2000-an. Mengamen lebih menjadi hobi para personel, dibandingkan pekerjaan tetap.
"Hobi, kalau kangen rindu ngamen ke Gunung Ijen, dan beberapa wilayah sekabupaten banyuwangi. Saya senang dikasih ruang seperti ini, karena jiwa seni ini lepas," ujar pria yang juga menjadi pedagang ini.
Alunan alat musik Ukulele yang khas dimainkan dalam musik keroncong, dipadukan dengan alat musik modern, agar bisa dinikmati berbagai kalangan termasuk anak muda. Ada saxophone, piano dan musik etnik angklung.
"Saya rasa penting musik keroncong dikenalkan ke anak muda. Karena itu musik nusantara yang perlu dilestarikan," ujarnya.
Lagu-lagu seperti Sepanjang Jalan Kenangan, Stasiun Balapan, Sewu Kuto dan sebagainya dinyanyikan dengan sepenuh hati. Suasana musik yang lebih akrab di daerah Jawa Tengah ini bisa hadir kembali dengan hangat di Banyuwangi.