1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Kampanyekan hemat energy, Wiebe Wakker traveling dari Belanda ke Australia

"Saya tidak menarget kapan harus sampai di Australia, kapan pun. Besok saya akan ke Bali, Lombok, Sumbawa, lalu ke Timor Leste," kata Wiebe.

Wiebe Wakker (31), warga kebangsaan Belanda. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Rabu, 14 Maret 2018 15:41

Merdeka.com, Banyuwangi - Wiebe Wakker (31), warga kebangsaan Belanda, sudah dua tahun terakhir ini menghabiskan waktunya melakukan perjalanan lintas benua, dari Belanda menuju Australia.

Selama perjalanan, Wiebe menggunakan mobil elektrik untuk mengkampanyekan kendaraan yang dinilai lebih hemat dan ramah terhadap lingkungan.

Wiebe berangkat dari Belanda pada 15 Maret 2016, dan saat ini dia sudah sampai di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Selama perjalanan Wiebe telah melintasi 31 negara dari daratan benua Eropa, Afrika, melalui Timur Tengah dan Asia.

Sebelum sampai di Indonesia pada 15 Desember 2017, dia melalui negara Malaysia kemudian menyeberang ke Kalimantan Pontianak, Semarang, Yogyakarta, Solo, Ngawi, Surabaya, Pasuruan, Jember dan Banyuwangi.

"Saya tidak menarget kapan harus sampai di Australia, kapan pun. Besok saya akan ke Bali, Lombok, Sumbawa, lalu ke Timor Leste," kata Wiebe saat ditemui di Hotel Sahit Kemiren, Rabu (14/3).

Selama perjalanan, Wiebe membawa perlengkapan baju ganti, perbaikan mobil dan tentunya, charger mobil. Setiap menempuh perjalanan dengan jarak maksimal 200 kilometer, Wiebe harus mengisi baterai mobilnya. Dia bisa mengisi di desa-desa, hingga penginapan hotel.

"Kalau daya listriknya normal butuh waktu 12 jam bisa penuh. Tetapi kalau listrik di desa-desa, saya pernah sampai 4 hari baru penuh. Tiap negara beda-beda," ujar alumnus Art and Economic di Universitas Utrech 2014 ini.

Wiebe menggunakan mobil hasil modifikasi. Semula dari bahan bakar minyak diubah ke energi baterai listrik dengan biaya senilai 40.000 euro. Mobil hasil modifikasinya, bisa mencapai kecepatan maksimal hingga 180 kilometer per jam.

Dengan mobil elektrik, Wiebe sudah menempuh 60.000 kilometer di 31 negara, dari Belanda hingga Indonesia. Selanjutnya, dia bakal menyelesaikan perjalanan akhirnya di Australia. Sementara total perjalanan dari Belanda ke Australia sekitar 70.000 kilometer.

Sepanjang perjalanannya, Wiebe ingin menunjukkan bahwa mobil listrik juga bisa menempuh perjalanan jauh. Dia juga ingin menunjukkan, mobil energi listrik lebih hemat energi dan bebas polusi.

"Negara yang menggunakan mobil elektrik belum banyak. Butuh waktu panjang untuk merubah kebiasaan dari mobil bensin ke mobil listrik. Yang paling banyak di Norwegia, lebih dari 50 persen mobil di sana electrical," ujarnya.

Selama perjalanan, Wiebe berbicara dengan organisasi atau perusahaan tentang misi ramah lingkungan, terutama sumber energi yang berkelanjutan. Saat di Indonesia, dia juga sempat bertemu dengan Dahlan Iskan mantan Menteri BUMN dan melihat produksi mobil listrik di Kampus ITS.

"Di jalanan semakin banyak kendaraan berbahan bakar minyak, boros energi. Kita bisa menunjukkan ke siapapun dan pemerintah tentang kepedulian lingkungan," jelasnya.

Sampai di Banyuwangi, Wiebe sangat menyukai sate ayam dan jajanan tradisional yang disuguhkan. Setiap bertemu hal unik, dia mendokumentasikan pengalamannya dengan video dan foto melalui kameranya.

"Saya di Banyuwangi sekaligus ingin jalan-jalan lihat bangunan Belanda," jelasnya.

Dari Belanda, higga saat ini, dia hanya dua kali mengganti ban mobilnya. Dia hanya mengandalkan google map sebagai penunjuk jalan. Menariknya, Wiebe juga menggambar mobilnya dengan rute perjalanan dari Belanda ke Australia.

"Australia jadi perjalanan akhir, karena itu bagian terluar dari perjalanan yang berbatasan langsung dengan Samudera Atlantik dan Kutub Selatan," terangnya.

Usai perjalanan, dia bakal kembali ke Belanda dan menceritakan hasil perjalanannya. Catatan Wiebe bisa dilihat melalui Websitenya di plugmeinproject.com.

 

(ES/MUA)
  1. Pariwisata
  2. profil
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA