1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Kementrian PU apresiasi Banyuwangi pertahankan kekhasan arsitektur lokal

Banyuwangi merupakan salah satu daerah yang berkomitmen tinggi melestarikan kekayaan arsitektur lokalnya.

©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Jum'at, 03 Agustus 2018 13:49

Merdeka.com, Banyuwangi - Kementerian Pekerjaan Umum  (Kemen PU)  memberikan apresiasi atas komitmen Banyuwangi dalam mempertahankan identitas lokal pada banyak desain gedung dan bangunan yang ada di daerah. Ini menjadi contoh dalam pengembangan arsitektur yang mengadopsi kearifan arsitektur Nusantara.

Hal tersebut disampaikan Direktur Bina Penataan Bangunan Kementerian Pekerjaan Umum Iwan Supriyanto pada acara konsultasi teknis peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan yang berlangsung di Banyuwangi, Kamis (2/8). Acara tersebut dihadiri jajaran Dinas PU dari 38 kabupaten/kota se Provinsi Jawa Timur.

Iwan mengatakan saat ini di Indonesia sudah menjamur pembangunan gedung tinggi dan multifungsi. Namun tidak dipungkiri, pembangunan gedung dan bangunan tersebut banyak yang terimbas oleh kemajuan teknologi dan budaya luar. Hal ini memudarkan ciri khas lokal yang menjadi kekayaan daerah di Indonesia.

Sehingga identitas tiap daerah tetap terjaga dari gedung-gedungnya. Sesuai amanat presiden akar pembanguan diperlukan perda bangunan gedung yang merupakan persyaratan administrartif dan teknis. "Sebuah bangunan seyogyanya mencerminkan budaya masing-masing, sehingga identitas tiap daerah tetap terjaga. Ini menjadi hal yang penting dalam mempertahankan kekayaan arsitektur lokal Nusantara,” kata Iwan.

Banyuwangi sendiri, kata Iwan merupakan salah satu daerah yang berkomitmen tinggi melestarikan kekayaan arsitektur lokalnya. Meskipun menjadi daerah yang pesat pertumbuhannya, tidak membuat Banyuwangi meninggalkan ciri khas tradisi dan budayanya. Hal ini nampak dari berbagai desain arsitektur yang berdiri, mulai gedung bandara, hotel dan tempat-tempat publik lainnya.

“Saat saya sampai di Bandara Banyuwangi saya langsung tahu kalau bandara tersebut di desain oleh arsitek profesional. Sangat unik dengan ciri kelokalannya sangat terasa, bahkan saya lihat ada Kiling (kincir angin khas suku Using) juga di sana,” kata Iwan.

Iwan juga terkesan dengan Banyuwangi karena melibatkan ahli profesional dalam mendesain gedung dan bangunan yang didirikan. Ini merupakan salah satu aspek penting yang harus dilakukan oleh pembuat kebijakan.

“Komitmen pemimpin (Bupati) Banyuwangi ini perlu diacungi jempol, karena setiap bangunan penting di daerahnya wajib dipresentasikan di hadapannya untuk memastikan kekhasan lokal terakomodir dalam arsitektur bangunan tersebut,” kata Iwan.

Namun, Iwan meminta Banyuwangi segera membentuk Tim Ahli Bangunan dan Gedung yang fungsinya semacam pengawas bangunan suatu kota. Dan ini harus tertuang secara legal, seperti dalam Peraturan Bupati.

“Ini akan lebih sustain, karena ada aturan resmi yang mengaturnya. Jadi siapapun pemimpinnya, selama ada TAGB ini mereka akan langsung men-supervisi bangunan yang akan didirikan. Dan, Banyuwangi juga sedang dalam proses menyusun ini,” kata Iwan.

Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan masalah penataan bangunan dan lingkungan kuncinya ada pada komitmen daerah. Termasuk dalam hal memasukkan unsur lokal dalam arsitektur bangunan dan gedung.

“Banyuwangi berkomitmen untuk melakukan penataan ruang terhadap wilayahnya untuk kepentingan jangka panjang. Salah satunya dengan menitipkan identitas budaya ke dalam arsitektur bangunan yang didirikan dan ini membutuhkan intervensi dari pimpinan daerah langsung,” kata Bupati Anas.

Anas melanjutkan, langkah tersebut dilakukan karena arsitektur lokal menjadi identitas dan daya tarik yang membedakan Banyuwangi dengan daerah lain. Selain itu arsitektur dengan ke khasan lokal juga menjadi bagian warisan budaya yang bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang.

“Kita ingin agar ke khasan lokal menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Dan masyarakat Banyuwangi juga bangga dengan apa yang dimiliknya,” ujar Anas.

Selama ini, lanjut Anas, Banyuwangi juga memiliki perhatian tinggi terhadap pengendalian tata ruang. Misalnya saja Pemkab Banyuwangi tidak memberikan izin mendirikan bangunan (IMB) di sekitar bandara. Sehingga persawahan di sekitar bandara tetap terjaga. "Itu bagian dari positioning. Karena untuk diferensiasi dengan bandara di kota lain, sehingga orang turun dari pesawat sudah langsung terasa keunikan Banyuwangi. Apalagi terminal bandaranya unik," katanya.

(MH/MUA)
  1. Pembangunan infrastruktur
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA