1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Kenalkan budaya toleran Indonesia, Pebalap ITdBI pakai sarung 

Victor Nino, pebalap Colombia yang memperkuat Sapura Cycling Team mengaku juga senang bisa mengenal sarung dan kopiah. 

Pebalap kenakan sarung. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Sabtu, 30 September 2017 14:53

Merdeka.com, Banyuwangi - Pebalap Internasional Tour de Banyuwangi Ijen yang berasal dari 29 negara mengenakan sarung dan kopiah pada etape keempat di jalur start Pondok Pesantren Blokagung, Kecamatan Tegalsari, Sabtu (30/9).

Sarung dan kopiah merupakan identitas khas Nusantara yang seringkali dikenakan oleh masyarakat beragama Muslim. Lebih dari itu, sarung dan kopiah juga menjadi sebagai simbol kebangsaan yang sering dikenakan saat acara pernikahan, khitanan, bahkan kegiatan resmi kenegaraan.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan, Soekarno pernah mengenakan sarung dan kopiah untuk membakar semangat nasionalisme. Bahwa Indonesia memiliki identitas kebangsaan kopiah, berbeda dengan topi yang dikenalkan Kolonial Belanda.

"Kami akan tunjukkan, Islam di Indonesia yang berbasis pesantren, menyebarkan toleran, menghargai minoritas. Salah satunya di pondok pesantren Blokagung. Para pendamping pebalap wajib menjelaskan hal ini, biar dunia internasional tahu bagaimana toleransi ditegakkan di Indonesia," terang Anas. 

Di sisi lain, Anas mengajak dialog dengan beberapa commissaire pebalap dari berbagai negara, bagaimana kesannya bisa merasakan budaya pakaian Nusantara.

Steven commissaire pebalap dari Belanda mengatakan sangat bangga bisa dan terhormat bisa mengenal sarung dan kopiah.

"Saya merasa bangga dan terhormat dengan dipakaikan sarung seperrti ini. Terimakasih Banyuwangi sangat indah," ujarnya.

Senada dengan hal tersebut, pebalap asal Emirat Arab, Commissaire Jepang dan Spanyol juga berterimakasih bisa mengenakan sarung dan kopiah yang menjadi ciri khas Muslim di Indonesia.

Victor Nino, pebalap Colombia yang memperkuat Sapura Cycling Team mengaku juga senang bisa mengenal sarung dan kopiah. 

"Ini baru pertama kali dilakukan dalam balapan, dan saya senang bisa mengenakan pakaian tradisional Indonesia," ujar Victor.

Tidak hanya para pebalap, kali ini sarung dan kopiah juga dikenakan oleh para santri, masyarakat dan panitia ITdBI.

Usai mengenakan sarung dan kopiah, para pebalap kembali melepas dan mengenakan pakaian sport untuk siap melenggang dengan jarak 98,1 kilometer sampai garis finis di Kantor Pemkab Banyuwangi. 

 
(FF/MUA)
  1. Tour de Banyuwangi Ijen
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA