1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Pentingnya strategi makanan dan minuman pebalap ITdBI agar kuat tempuh 599 km

"Saya terus mengayuh pelan tapi pasti, untuk menjaga energi saya makan dan minum secukupnya dari bekal yang saya bawa," kata Benjamin.

Pebalap saat istirahan mengkonsumsi makanan dan minuman. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 30 September 2018 12:32

Merdeka.com, Banyuwangi - Dibalik kekuatan para pebalapan International Tour de Banyuwangi Ijen 2018 dengan rute total 599 kilometer yang ditempuh dengan kecepatan selama empat hari berturut-turut, terdapat strategi makanan alami yang rutin dikonsumsi selama balapan berlangsung untuk suplai energi.

Masing-masing baju pebalap sepeda, dilengkapi tempat untuk menaruh cadangan makanan dan minuman berkualitas, tentunya makanan alami sesuai standar peraturan Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI/Union Cycliste International) yang tidak mengandung doping.

Dyball Benjamin, pebalap dari Tim Saint George Continental Team Australia yang berhasil meraih juara umum Yellow Jersey dalam ITdBI, membawa perlengkapan makanan untuk suplai energi selama balapan berlangsung. Masing-masing tim memang punya strategi makanan alami apa yang dikonsumsi. Saat melintas di etape keempat dengan jarak lintasan 127, 2 kilometer dari Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran menuju Paltuding Ijen di ketinggian 1880 Meter diatas permukaan laut (Mdpl), Benjamin membawa 6 energy jel, 4 buah pisang, 6 botol setara tiga liter yang berisi air iso tonik.

Selama perjalanan dari start pukul 11.30 WIB Benjamin mulai mengkonsumsi cadangan makanannya sedikit-demi sedikit agar energinya tetap optimal. Hingga menuju puncak ijen dengan kemiringan menanjak antara gladian 22-26 persen, Benjamin mulai tambah rutin menambah asupan makanannya.

"Saya terus mengayuh pelan tapi pasti, untuk menjaga energi saya makan dan minum secukupnya dari bekal yang saya bawa. Ada 6 energy jel, 4 pisang dan air iso tonik," kata Benjamin usai melenggang menjadi juara Etape keempat ITdBI, Sabtu sore (29/9).

Akhirnya, Benjamin berhasil meraih juara etape empat dengan catatan waktu 3 jam 49 menit 44 detik. Dia juga menjadi raja tanjakan green jersey dengan raihan 33 poin. Tidak tanggung-tanggung, juara umum Jellow Jersey juga dia raih dengan catatan waktu 15 jam 8 menit 7 detik dari total semua etape sepanjang 599 kilometer.

Usai di garis finis, untuk mengembalikan kebugaran tubuh, para rider juga terlihat di stand-nya masing-masing menikmati beragam makanan dan minuman sehat yang telah disiapkan. Ada yang mengkonsumsi salad buah, pisang, hingga jagung rebus. "Banyuwangi bagus pemandangan alamnya, saya juga suka kopinya, nanti malam ingin coba nasi tempongnya," kata Benjamin.

Sementara itu tim PCS Cycling Team asal Belanda memilih untuk membawa pisang, roti yang dibungkus almunium foil, snack power bar dan dua botol berisi 1,5 liter air. "Itu dikonsumsi 45 menitan sekali," kata Slootjes jordi dari PCS Cycling.

Sementara itu, Manager Banyuwangi Road Cycling Community, Guntur Priambodo menambahkan, sebelum tim-nya tampil dalam ajang ITdBI dia selalu menekankan bahwa yang paling penting harus menjaga pola makan sehat kaya nutrisi, latihan dan istirahat cukup. "Jadi kunci dari balapan itu, satu nutrisi, latihan sama istirahat," ujar Guntur yang juga menjadi Chairman ITdBI 2018 ini.

Menurutnya, saat race semua pebalap sudah bisa menghitung berapa karbohidrat, vitamin, protein dan mineral yang harus masuk ke dalam tubuhnya, sesuai kebutuhan selama pertandingan berlangsung. Pebalap akan menyempatkan diri untuk makan atau minum sepanjang balapan dari start hingga finis.

"Saat race itu tidak boleh telat, harus tambah protein dan vitamin, untuk mengmbalikan protein, vitamin B kompleks, C untuk daya tahan tubuh, protein tinggi untuk pengembalian masa otot yang rusak," terangya.

Untuk tim BRCC yang dia asuh, Guntur memberikan asupan berupa campuran karbohidrat kompleks makanan power bar yang lengkap, mulai dari biji-bijian, beras merah, oatmeal quaker oat yang kaya gandum, gula buah kurma, kismis, pisang, semua dihaluskan dan dicampur menjadi satu ke dalam satu wadah siap makan.Dengan estimasi waktu balapan yang memakan waktu 3-4 jam, para rider baal membawa suplai makanan empat sampai lima bungkus.

"Pisang karbo kompleks yang mengandung mineral kalium yang dibutuhkan otot biar tidak kram, dipakai suplai setengah jam sekali. Biasanya jadi kayak jenang mudah ditelan, ditaruh dikantong-kantong (baju pebalap). Pebalap sudah biasa sudah bisa membaca diri sendiri, ngisinya harus berapa menit sekali. Satu jam berapa kali, kalau tidak bisa melemah. Air sama karbo harus berimbang, kalau kekurangan air darahnya kental, itu penyerapan energi yang dibawa darah ke otot lambat," kata Guntur.

Satu jam sebelum balapan, para pebalap akan sarapan terlebih dahulu. Namun bukan sarapan nasi yang dinilai cepat menghasilkan energi namun cepat pula habis, mereka mengkonsumsi oetmeal berbahan gandung yang lebih terserap lama dalam menyimpan energi. Saat isatirahat, para atlet juga menjaga pola makan dengan menghindari jenis makanan berminyak banyak mengandung garam dan gula.Begitu juga sebelum tidur, saat kondisi tubuh capek pegal-pegal, pebalap akan minum susu agar tidurnya berkualitas sehingga bisa merecovery tubuhnya.

"Atlet akan mengurangi makanan kaya garam, minyak dan gula. Garam bisa menghambat laju penyerapan karbohidrat juga penyerapan glukosa darah ke dalam otot. Minyak dalam darah akan mempengaruhi penyerapan gula darah ke dalam otot. Saat balapan gula dibutuhkan tapi yang dari karbo kompleks, bukan glukosa yang mudah mengenyangkan dan mudah lapar," terangnya.

Sementara untuk jenis minuman, pebalap punya strategi yang berbeda-beda pula.Ada yang menggunakan oralit, jenis minuman beri ion tinggi, dan yang mengandung berkafein. "Cafein dibutuhkan kalau untuk orang olah raga, kopi itu bagus kalau mau olahraga, dipakai tubuh untuk pembakaran, membakar lemak, karbonya," ujarnya.

Dari lima pebalap yang diterjunkan di ITdBI, BRCC masih sanggup di ranking urutan ke 10 dalam tim general clasificasion by time, mengalahkan Trengganu Cycling Team asal Malaysia, Nex CCN Cycling Team dari Laos, dan Uijeongbu City Team Korea.

"BRCC kan masih komunitas, kami targetnya bisa masuk 5-10 besar sudah bagus. Dari semua peserta hanya BRCC yang komunitas, yang lain sudah tim elit, kontinental," katanya.

Ajang ITdBI diikuti 19 tim dari 25 negara baik dari Asia, Eropa dan Australia dengan total peserta 94 pebalap. Peserta melintasi rute sepanjang 599 kilometer selama empat hari berturut-turut sejak, tanggal 26-29 September. Di jalur datar, pebalap bisa menempuh kecepatan hingga 60-70 kilometer per jam.

(MT/MUA)
  1. Tour de Banyuwangi Ijen
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA