Triawan mengaku kagum dengan kualitas produk olahan yang dipajang oleh Kejaya Handycraf yang nyaris semuanya berorientasi ekspor.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Benkraf) Triawan Munaf mengunjungi Banyuwangi. Dalam kunjungan kerjanya ke kabupaten berjuluk "The Sunrise of Java" ini, Triawan mengunjungi sejumlah lokasi industri kreatif yang ada di Banyuwangi.
Begitu tiba di Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Triawan langsung melihat sentra pembuatan handycraft bambu yang ada di Desa Gintangan, Kecamatan Rogojampi. Di industri kerajinan bambu ini, Triawan berdialog dengan para pengrajin bambu mulai dari bahan, proses pembuatan hingga penjualan.
Salah satu yang dikunjungi adalah Winda Handycraft milik Widodo. Widodo yang memulai usahanya sejak 1991 ini mengatakan, produknya tak hanya untuk lokal Banyuwangi, namun sudah merambah pasar ekspor. Widodo memiliki beragam produk kerajinan bambu yang cantik dan menarik. Mulai dari peralatan rumah tangga, seperti tudung nasi, piring bambu, tempat kue hingga furniture dari bambu.
Selain ke pengrajin bambu, Triawan juga mengunjungi Kejaya Handycraf yang ada di Desa Kedayunan, Kabat. Kejaya handycraf adalah salah satu industri kerajinan Banyuwangi yang rutin mengekspor beragam produk furnitur ke beberapa negara. Seperti Amerika Serikat, Hawai, Jamaika dan Jepang. Selain pasar luar negeri, juga biasa memasok sejumlah art shop di dalam negeri seperti Bali, Surabaya, dan Jakarta.
Triawan mengaku kagum dengan kualitas produk olahan yang dipajang oleh Kejaya Handycraf yang nyaris semuanya berorientasi ekspor. Bahkan Triawan sempat kaget saat mendapati sejumlah produk kerajinan yang banyak di jual di mall Jakarta ternyata dihasilkan dari Banyuwangi.
“Oh ternyata ini buatan asli Banyuwangi ya. Ini sangat bagus. Saya melihat produk kerajinan Banyuwangi sangat halus dan cantik," ujarnya.
Dari hasil kunjungannya tersebut, Triawan mengungkapkan akan membantu meningkatkan kualitas desain para pengrajin kriya di Banyuwangi. “Karena begini, seringkali masalah desain pengrajin di daerah adalah susah bikin barang yang baru lagi. Ini tidak salah, karena mereka terkungkung dengan rutinitasnya sehingga produknya itu-itu saja,” ujar Triawan.
Bekraf akan membawa desainer dari Jakarta untuk mempelajari kekuatan daerah. Setelahnya mereka ditugaskan untuk meningkatkan kapasitas desain dari daerah tersebut. “Tapi tidak harus semua bidang kerajinan. Contohnya di Banyuwangi, kita pilih bambu atau batok kelapa. Para desainer profesional ini akan membantu Banyuwangi meningkatkan desain produknya,” ujar Triawan.
Selain itu, Bekraf juga akan mengajarkan tentang branding dan pemasaran produk. “Untuk kita tingkatkan brandingnya, desainnya sehingga menjadi suatu kebanggan yang lebih baik lagi untuk kesejahteraan masyarakat dengan nilai tambah yang lebih baik. Saya ingin added value sudah ada di Banyuwangi, dikemas di sini untuk diekspor atau dipasarkan di seluruh Indonesia,” kata Triawan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sinergi dengan Bekraf adalah wujud nyata mendorong ekonomi kreatif tumbuh di daerah. "Tentu ke depan setelah Bekraf turun tangan, ekonomi kreatif di Banyuwangi bakal lebih dahsyat," ujar Anas.