"Ya, sesuai dengan adat disini, kalau ada hewan kurban memang harus dilakukan ritual didandani terlebih dahulu," kata Asnoto.
Merdeka.com, Banyuwangi - Selalu ada yang unik dari perayaan tahunan Idul Adha di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya tradisi mendandani kambing kurban di Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro. Masyarakat setempat biasanya melakukan salat Idul Adha di masjid dan musala terdekat, disambung selamatan, kemudian pulang untuk mengambil golok dan pisau untuk menyembelih hewan kurban.
Tahun ini beberapa pria Papring yang membawa senjata itu justru datang ke rumah Minhaju (66) karena ada kambing milik orang luar desa yang dikurbankan di sana, Rabu (22/8). Sudah disiapkan nampan berisi perlengkapan rias seperti kaca cermin, sisir, tali katun, bedak, bunga 7 rupa dan kain kafan.
Sebelum disembelih kambing peranakan etawa (PE) itu didandani dengan bedak untuk wajahnya, lalu disisir, kain kafan diletakkan di punggungnya, hingga untaian bunga 7 rupa dipasang di bagian kepala dan punggung. Setelah selesai didandani, kambing disembelih, dikuliti, daging dipotong dan ditimbang sama berat agar pembagian kepada masyarakat menjadi adil.
"Ya, sesuai dengan adat disini, kalau ada hewan kurban memang harus dilakukan ritual didandani terlebih dahulu. Berkurban ini kan ibadah, hewan kurban kita pilih yang baik dan kita perlakukan dengan baik. Semoga di akhirat mendapatkan hasil yang baik pula," kata Asnoto, salah satu warga.
Di semua prosesnya berlaku asas gotong-royong yang mencerminkan kerukunan dan kerja sama. Bahkan sehari sebelum Idul Adha, juga Idul Fitri, masyarakat kampung Papring dari etnis Osing, Jawa dan Madura menggelar selamatan di masing-masing rumah yang semuanya harus didatangi.
Sekelompok warga yang berjumlah 8 hingga 10 orang mendatangi semua rumah orang di kelompok itu untuk memanjatkan doa bersama-sama dan menikmati hidangan yang disajikan. Giliran pertama selamatan selalu dilaksanakan di rumah orang yang paling tua di antara anggota kelompok tersebut.
"Kalau dulu sekelompok ada 10 orang ya harus selamatan dan makan 10 kali di rumah mereka. Tapi sekarang kita dorong yang bersaudara selamatan jadi satu saja, misalnya 2 rumah atau tiga rumah jadi satu. Biar masakan mereka termakan, kasihan makanannya kalau tidak termakan karena orang-orang sudah kekenyangan," kata Minhaju yang juga menjadi tutua di kelompoknya.
Dari 10 rumah di kelompok Minhaju, berhasil dirangkap hingga menjadi 5 selamatan saja yang digelar sejak waktu asyar hingga selesai di waktu isya. Setelah selamatan semacam itu, biasanya pria-pria menjadi kekenyangan kemudian berkumpul di salah satu rumah untuk ngobrol bersama.
Pada Idul Kurban di Banyuwangi tahun ini ada pula pembagian hewan kurban 25 ekor kambing sekaligus oleh Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Nihayatul Wafiroh. Semua kambing kurban telah dibagikan, masing-masing 1 ekor, ke 25 kecamatan di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Dia mengatakan ibadah kurban mengandung pelajaran akan kepedulian terhadap sesama manusia dan menjadi amal yang memiliki nilai sosial yang sangat tinggi. Dia juga mengajak masyarakat Bumi Blambangan untuk saling berbagi semampunya, dan tidak menunda-nunda dengan alasan menunggu kaya.
"Kurban ini bukan soal jumlahnya, jenisnya, tetapi yang penting adalah pelajaran dan hikmah dibalik berkurban," kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) asal Banyuwangi itu.