1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Lalar Orkestra pukau penonton dengan permainan musik tradisional

Konser ini memang bukan konser musik biasa. Lalare Orkestra ini pemusiknya adalah anak-anak yang masih berusia 3- 12 tahun.

Lalare Orkestra. ©2017 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Minggu, 23 Juli 2017 06:37

Merdeka.com, Banyuwangi - Ribuan penonton memadati Gelanggang Seni dan Budaya (Gesibu) Banyuwangi, Sabtu (22/7) malam. Tidak hanya lokal, penonton mancanegara juga tampak antusias. Mereka menyaksikan sebuah konser etnik yang dimainkan 120 anak-anak, Lalare Orkestra.

Saat dibuka, para musikus cilik tersebut langsung menggebrak dengan lagu Banyuwangi, Nandur Gendhing. Tabuhan gendang, pukulan rebana, ketukan angklung dan gesekan biola berpadu dalam sebuah orkestra. 14 komposisi musik etnik yang diaransemen moderen berhasil dimainkan dengan menarik.

Konser ini memang bukan konser musik biasa. Lalare Orkestra ini pemusiknya adalah anak-anak yang masih berusia 3,5 sampai 12 tahun itu, dari yang masih duduk di bangku play group sampai SMP. Meski belia, mereka berhasil menunjukkan talenta bermusiknya. Bukan hanya lagu Banyuwangi seperti Seblang Lukinto dan Nyerambah Jagat, namun lagu Spanyol Besame Mucho, Ondel - ondel, hingga Yamko Rambe Yamko berhasil dibawakan mereka.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa konser ini adalah partisipasi anak-anak yang murni tumbuh dari bawah dan mandiri. "Banyuwangi boleh maju, namun tradisi kami tidak boleh dihilangkan. Konser ini salah satu upaya untuk melestarikan tradisi daerah. Saya bangga dengan anak-anak ini," kata Bupati Anas saat membuka acara tersebut. Tahun 2016 lalu, Lalare Orkestra berhasil meraih perhargaan internasional Pasific Asia Travel Association (PATA) kategori heritage and culture.

Ditambahkan Anas, di tengah beragam festival yang bercita rasa moderen, seperti jazz, Indonesia Batik Fashion Week dan international tour de Banyuwangi Ijen, Banyuwangi tetap memberikan ruang  musik ethik daerah khusus anak-anak untuk eksis. "Ada konser lalare yang tetap disuguhkan dalam Banyuwangi Festival. Setiap tahun kita hadirkan dengan tema-tema yang berbeda namun tetap bersumber dan berakar dari budaya Banyuwangi," imbuh Anas.

Tidak hanya bermain musik, mereka juga menampilkan aksi teatrikal komedi. Sehingga penonton tidak hanya terhibur aksi seni mereka, namun juga ikut tergelak dengan canda celoteh dari drama teatrikal yang dimainkan.

Salah satu pemainnya, Hatan Zukfikar mengaku bangga ikut konser ini. Siswa kelas 3 SMPN I Srono. "Senang banget ditonton banyak orang, jadi nambah semangat ikut lagi tahun depan," katanya dengan semangat.

Kebanggan tersebut juga dirasakan Ilzam Zulandita (12) SMPN 3 Banyuwangi. "Senang sekali ikut konser lalare.  Saya memang tertarik dengan musik etnik karena ingin sesuatu yang berbeda, anak sekarang kan lebih seneng moderen, padahal musik etnik juga tak kalah keren loh," kata Ilzam yang malam itu menjadi pembaca puisi dan membawakan lagu Besame Muco.

Konser ini juga dihadiri Bupati Sampang Fadhilah Budiono yang kebetulan sedang melakukan studi banding ke Banyuwangi masalah pariwisata dan masalah pengelolaan pemerintahan lainnya.

Meski berlangsung hingga larut malam, konser etnik tetap dipenuhi penonton. Mereka sangat menikmati pertunjukan. Konser ini pun ditutup dengan lagu Maju Tak Gentar, yang menggambarkan tekad untuk memajukan Banyuwangi.

(FF/MUA)
  1. Seni dan Budaya
  2. Festival Banyuwangi
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA