Apabila dari segi industri perdagangan dan investasi sudah kalah, satu-satunya peluang untuk bersaing kata Arief yakni di sektor pariwisata.
Merdeka.com, Banyuwangi - Menteri Pariwisata Republik Indonesia Arief Yahya memberikan gambaran pentingnya menguatkan sektor pariwisata di masing-masing daerah untuk persaingan global. Hal ini disampaikan Arief saat meresmikan hotel El-Royal di Kabupaten Banyuwangi, Rabu (21/6) sore.
Menurutnya potensi pariwisata di Indonesia merupakan peluang paling mudah untuk menguatkan penghasilan devisa dan menyerap tenaga kerja. Terutama dalam kacamata persaingan ekonomi global.
"Untuk Indonesia, industri paling mudah dan paling murah untuk meningkatkan pendapatan per kapita PDB, devisa dan lapangan kerja, itu adalah pariwisata," ujar Arief saat memberikan sambutan yang juga dihadiri Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Mengapa pariwisata bisa memiliki peluang dalam persaingan global? Arief menjelaskan ada tiga poin yang akan dilihat dari setiap negara. Antara lain bagaimana kekuatan perdagangannya, pariwisata dan investasi.
Di sisi lain, kekuatan industri perdagangan Indonesia sudah tertinggal jauh dengan negara-negara di Eropa, Amerika dan Cina. "Kalau mau perdagangan, harus membuat manufacture, harus ada yang dijual. Tidak ada satu negara pun yang bisa mengalahkan Cina. Sementara Amerika, Eropa, semua pindah ke Cina. Hampir 100 persen, handphone dari Cina. Level Indonesia harus sadar," katanya.
Dia mencontohkan, bila beli pisau produksi Cina yang sampai di Banyuwangi, bisa dibeli dengan harga Rp 5000. Sementara untuk produksi lokal datang ke pandai besi bisa menghabiskan ongkos Rp 15.000.
"Tidak akan cukup. Maka saya sering berseloroh. Laki-laki diciptakan Tuhan, perempuan diciptakan Tuhan, sisanya made in Cina," ujarnya sambil tertawa.
Sehingga Industri yang ada di Indonesia bukan untuk berkompetisi, melainkan lebih diniatkan untuk menyerap tenaga kerja.
Dia melanjutkan dari sisi kekuatan investasi, Indonesia masih kalah jauh dengan negara-negara kecil seperti Singapura, Hongkong, Abu dhabi dan Qatar.
Apabila dari segi industri perdagangan dan investasi sudah kalah, satu-satunya peluang untuk bersaing kata Arief yakni di sektor pariwisata.
Indonesia masih memiliki peluang di sektor industri kreatif dengan mengutamakan seni kerajinan tangan, bukan produksi industri secara massal. Sektor industri kreatif tersebut kemudian diperkuat dengan pariwisata.
"Saya berani mengatakan, ekonomi kreatif kita mungkin bisa memenangkan, sedangkan agrikultur misalkan, sorry tidak ada menteri pertanian di sini. Saya membayangkan kita mengalahkan Thailand saja, tidak mampu. Mereka sudah terlalu jauh," ujarnya memberi gambaran.
Arief kemudian memberi satu kesimpulan, setiap daerah seperti di Banyuwangi harus turut serta menguatkan sektor pariwisata. Dia menargetkan tahun 2019, pariwisata bisa memberikan sumbangan devisa terbesar.
"Kesimpulan saya, untuk Indonesia dan Banyuwangi, pariwisata merupakan industri paling mudah dan paling murah, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, untuk penghasil devisa dan menyerap tenaga kerja," jelasnya.
Dalam kesempatan yang lain, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan sektor pariwisata digunakan untuk menguatkan produk UMKM, pertanian dan lini kebudayaan lokal. Salah satunya lewat beberapa ajang festival yang mengangkat tema pertanian, musik, industri kreatif, kuliner hingga model sport tourism.
"Pariwisata bagi Banyuwangi bukan hanya untuk mendatangkan wisatawan. Tapi juga alat konsolidasi untuk menguatkan lokalitas," kata Arief.