"Kami ingin terus agendakan menggelar acara-acara kebudayaan. Harapannya tamu-tamu terus datang ke Kabupaten Banyuwangi dan tidak akan berhenti".
Merdeka.com, Banyuwangi - Wisatawan yang hadir di Festival Gending Banyuwangi 2018 bisa merasakan bagaimana menjadi orang asli Banyuwangi yang setiap hari memang memutar musik berbahasa Osing. Di rumah-rumah, bengkel, pabrik dan toko, dari gawai hingga radio, sepanjang hari masyarakat Banyuwangi kerap memutar lagu berbahasa Osing yang diiringi berbagai jenis musik, seperti dangdut, koplo, kendang kempul, hingga pop dan rock.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam sambutan yang disampaikannya melalui panggilan video mengatakan wisatawan yang datang bisa secara langsung merasakan berada di tengah-tengah kegiatan kesenian Banyuwangi. Dikatakannya kesenian dan kebudayaan daerah memang menjadi daya tarik utama wisata alam Bumi Blambangan.
"Kami ingin terus agendakan menggelar acara-acara kebudayaan. Harapannya tamu-tamu terus datang ke Kabupaten Banyuwangi dan tidak akan berhenti," kata Anas, Jumat malam (9/11).
Dia mengaku sering bepergian ke luar kota juga sebagai upaya promosi langsung saat bertemu banyak orang penting dan endorser-endorser yang akan meningkatkan kunjungan ke Banyuwangi. Dalam 4 hari terakhir dirinya berkeliling ke Jakarta, Denpasar, dan kota-kota lain untuk menjadi pembicara atau menerima penghargaan.
Kesempatan-kesempatan itu dimanfaatkannya untuk terus mempromosikan peningkatan ekonomi, perkembangan pariwisata, hingga jalannya program-program sosial. Anas yang tersambung panggilan video dari Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta itu berharap dengan mendapatkan informasi positif dari paparannya, banyak orang tertarik dan datang ke Banyuwangi.
Sementara kegiatan utama malam itu di Gedung Kesenian dan Kebudayaan (Gesibu) Blambangan Banyuwangi adalah final ajang lomba menyanyikan lagu berbahasa Osing yang diikuti 10 finalis. Dari 149 orang peserta, kemudian tersaring menjadi 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan yang masuk ke babak semi final.
Kemudian didapati 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan yang layak masuk ke babak final. Mereka muncul secara bersama-sama, membuka gelaran final dengan membawakan lagu yang dipopulerkan Emilia Contessa berjudul Isun Lare Osing.
Emilia juga terlihat hadir dan duduk di bangku undangan terdepan dalam acara yang digelar. Kemudian secara bergantian peserta menunjukkan kebolehan masing-masing, misalnya Ayu Safitri dengan lagu berjudul Duh Kelendi dan Agus Pujianto yang membawakan Rantas Tali Janji.
Grup musik warga binaan Lapas Klas II B Banyuwangi turut memeriahkan acara dengan membawakan beberapa lagu, di antaranya Sawangen yang dipopulerkan penyanyi Banyuwangi Wandra pada tahun 2016, kemudian dibawakannya kembali bersama Via Vallen tahun 2018. Tampil juga Belinda ft Banyuwangi Ethno Musik (BEM) yang membawakan beberapa lagu dengan dengan iringan gamelan Osing. Lagu Isun Gandrung dan Deredesan dari BEM kemudian melengking indah yang dinikmati tamu undangan maupun ratusan penonton di tribun.
Pembina BEM dr Taufik Hidayat mengatakan pihaknya mendukung acara lomba gending Osing seperti itu sebagai pelestari dan pembuka kesempatan munculnya penyanyi-penyanyi baru lagu berbahasa daerah. Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) itu menjelaskan BEM yang ia sponsori juga memiliki tujuan yang sama, dengan melakukan perekaman lagu Osing dari yang paling lama sampai yang paling baru dengan iringan angklung dan gamelan.
"Salah satu yang membuat Banyuwangi menarik bagi wisatawan adalah adanya pertunjukan seni musik dan seni tari yang indah. Jadi acara lagu berbahasa Osing seperti ini harus terus digelar," kata Taufik yang juga menjabat Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan itu.