1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

‎Museum geologi, ratusan siswa belajar potensi bumi di Banyuwangi

"Negeri kita memang kaya akan bencana, namun juga kaya dengan sumberdaya alam," ujar Yusep.

Siswa SMA Muhammadiah. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Kamis, 05 April 2018 16:43

Merdeka.com, Banyuwangi - Museum Geologi Bandung, menggelar pameran potensi geologi di Kabupaten Banyuwangi. Sejumlah batuan temuan geologis seperti andesit, batu bara, sulfur, dan batuan emas disajikan untuk edukasi.

"Negeri kita memang kaya akan bencana, namun juga kaya dengan sumberdaya alam," ujar Staff Seksi Peragaan, Museum Geologi Bandung, Yusep Wahyudin saat menerangkan pentingnya mengenal potensi bumi dari peristiwa geologis di Hotel Santika, Kamis (5/4).

Seperti pasir, batuan andesit untuk konstruksi bangunan memang sudah umum diketahui masyarakat. Namun, penting untuk diketahui bahwa material tersebut merupakan bagian dari peristiwa geologi, seperti letusan gunung berapi.

Sementara di Indonesia terdapat 127 gunung berapi, 77 di antaranya merupakan gunung berapi aktif tipe A. Jumlah tersebut, 5 di antaranya merupakan gunung berapi bawah laut.

"Tidak heran kalau Indonesia tanahnya sangat subur, karena peristiwa alam yang terus mengiringi," katanya.

Indonesia, kata Yusep, terletak di antara tiga lempeng. Yakni lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Sehingga Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah.

Peta tersebut, diajarkan kepada setiap anak-anak yang berkunjung ke museum geologi.

"Jadi geologi harus disampaikan, sehingga ada sebuah perlindungan bersama untuk masyarakat. Apa analisis manfaat dan bencananya," ungkapnya.

Untuk mendokumentasikan peristiwa geologis di Indonesia, Museum Geologi Bandung, telah menggagas Geopark Internasional di Batur, Kintamani Bali, dan di Gunung Sewu, Tulungagung. Sementara geopark nasional ada di kawasan Gunung Rinjani Lombok, Toba, Dieng, dan Merangin.

Material geologis dari Banyuwangi yang dipamerkan antara lain sulfur belerang di Gunung Ijen, dan batuan emas dari Gunung Tumpang Pitu.

"Dari kemarin sampai sekarang ada sekitar 400 siswa yang datang untuk melihat. Dan semua belum pernah ke museum geologi," jelasnya.

Ke depan, pihaknya juga ingin menyajikan temuan perjalanan peradaban bumi dan kehidupan yang ada di dalamnya.

"Jadi mulai dari proses terbentuknya bumi sampai peradaban manusia," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, pihaknya juga membawa replika temuan tengkorak dan gading Gajah Blora, Jawa Tengah. Gajah yang hidup sekitar 165.000 tahun yang lalu ini, ditemukan kerangka fosilnya masih utuh hingga 85 persen.

Gajah Blora (elephas hysudrindicus) yang ditemukan, berjenis kelamin Laki-laki dengan tinggi 4 meter, panjang 5 meter dan beratnya mencapai 6-8 ton, meninggal di usia 59 tahun.

"Dia merupakan leluhur gajah di Asia yang ada di Indonesia. Ini temua dari tim geologi, pada 2009 bekerjasama dengan Dispar Kabupaten Blora," katanya.

Salah satu pengunjung, Maulana Akbar, siswa SMA Muhammadiah Banyuwangi senang bisa melihat potensi bumi dan perubahan yang terjadi akibat peristiwa alam.

"Sekaligus ingin melihat peninggalan zaman dahulu. Sebelumnya saya tidak pernah ke museum geologi, ini yang pertama," katanya.

(ES/MUA)
  1. Info Kota
  2. Pariwisata
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA