"Ini yang kembali menjadikan Banyuwangi unggul. Mal pelayanan publik ini mempercepat, mempermudah dan mempermurah pelayanan kepada masyarakat".
Merdeka.com, Banyuwangi - Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir sharing inovasi pelayanan publik ke Kabupaten Banyuwangi. Dony langsung membawa Wakil Bupati dan 60 jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melihat berbagai praktek pelayanan publik di kabupaten ujung Timur Pulau Jawa.
Dony mengaku benchmarking ke Banyuwangi ini bukan kali pertama. Sebelumnya di 2014, Sumedang pernah datang ke Banyuwangi belajar program Lahir Procot Pulang Bawa Akta.
"Program percepatan akta tersebut sudah kami duplikasi di Banyuwangi, dan berjalan dengan baik. Ternyata, Banyuwangi terus menelurkan banyak inovasi, makanya kami ke sini lagi untuk mencontoh kembali inovasi yang lain," kata Dony saat bertemu dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Pendopo Banyuwangi, Selasa (13/11).
Salah satu inovasi yang kini paling menonjol, kata Dony, adalah Mal Pelayanan Publik. Mal Pelayanan Publik mampu mengintegrasikan 199 layanan perijinan lintas sektoral di satu tempat. Mulai dari pengurusan surat yang dikeluarkan pemkab, kepolisian, Kementrian Agama, Badan Pertanahan Nasional, BPJS, hingga Kantor Pajak Pratama.
"Ini yang kembali menjadikan Banyuwangi unggul. Mal pelayanan publik ini mempercepat, mempermudah dan mempermurah pelayanan kepada masyarakat,"puji Dony.
Selain Mal Pelayanan Publik, Dony juga menyebut penanganan Banyuwangi terhadap masalah sosial juga menarik direplikasi. Mulai dari program Rantang Kasih, pemberian makanan gratis setiap hari kepada lansia miskin, pengantaran obat dari RSUD ke rumah warga miskin yang menggandeng ojek online, GOJEK.
"Saya sangat salut dengan bermacam-macam program yang digulirkan pemkab. Makanya, kami bawa banyak SKPD untuk bisa menggali inspirasi dari Banyuwangi. Inspirasi bagaimana menurunkan angka kemiskinan, pertumbuhannya inklusif. Ini yang secara mendasar ingin kami tiru,"ujar Dony.
Sementara itu, Bupati Anas mengatakan bahwa segala prestasi yang dilakukan Banyuwangi karena sejumlah hal. Salah satunya adalah kreativitas dalam mencari solusi.
"Di tengah keterbatasan anggaran, kami harus mencari banyak cara untuk meningkatkan kesejahteraan. Salah satunya dengan membuat Banyuwangi Festival yang berhasil menarik jutaan wisatawan. Event festival yang kami buat pun sebagian besar langsung ditangani ASN, yang secara tidak langsung memicu kreativitas mereka," kata Anas.
"Kami juga banyak membuka diri, berkolaborasi dengan banyak pihak. Itu semua adalah kuncinya," ujarnya.
Rombongan Sumedang menghabiskan waktu selama selama tiga hari di Banyuwangi. Selain mengeksplor Kawah Ijen dan Bangsring Underwater, mereka juga akan berwisata kuliner khas Banyuwangi seperti rujak soto, kesrut, pecel rawon, nasi tempong, dan lain-lain.