"Selama ini produk batik saya satu-satunya yang menggunakn bahan alami di Banyuwangi," kata Bu Gatot.
Merdeka.com, Banyuwangi - Selain memiliki pagu filosofi dari berbagai pengalaman kehidupan masyarakat, batik Banyuwangi memiliki keunikan dari proses pembuatannya. Yaitu menggunakan bahan alami sebagai bahan dasar pewarnaan kain.
Hal tersebut terbukti dari banyaknya perajin batik di sejumlah daerah yang mulai tertarik dalam menerapkan proses pewarnaan dari limbah di sekitar rumah mereka. Masyarakat didukung penuh oleh pemerintah dengan pengadaaan pelatihan bimbingan teknis (bimtek) yang diadakan oleh Kementerian Perindustrian berkerja sama dengan Disperindagtam Banyuwangi.
Acara selama 5 hari tersebut disambut baik oleh para produsen batik se-Banyuwangi. Seperti ibu Gatot dengan produk Batik miliknya, Sekar Bakung.
"Selama ini produk batik saya satu-satunya yang menggunakan bahan alami di Banyuwangi. Tapi program bimtek dari kementerian kali ini berbeda karena menggunakan bahan alami yang ada di sekitar kita. Seperti memanfaatkan dedaunan yang rontok ya, sangat bagus," ujarnya bersemangat.
Bahan-bahan tersebut sangat sederhana dan gampang dijumpai di berbagai tempat. Misalnya saja limbah dari dedaunan yang telah gugur atau dari sayur dan kulit buah-buahan. Seperti daun ketapang, kulit kelapa, daun jati, kulit manggis, kangkung-kangkungan, jengkol, enceng-enceng dan lainnya.
"Acara ini murni menggunakan limbah alami. Bisa dari tumbuhan liar atau gulma. Jadi pengerajin di sini membantu pemerintah dalam hal penanganan limbah. Seperti di pantai, kan banyak daun ketapang jatuh. Otomatis kotor dan hanya jadi sampah. Tapi mereka (pengerajin batik) ambil dan dijadikan pewarna," terang pemateri Bimtek, Merdi Sihombing.
Proses pewarnaan alami tersebut cukup sederhana. Dengan menggunakan tungku dan bara api kayu, setiap bahan alami seperti dedaunan dan kulit buah tersebut selanjutnya direbus hingga berjam-jam sampai warna air berubah pekat. Selanjutnya melalui proses penyelupan dan penjemuran berulang kali.
"Batik yang dijemur ini perlu penyelupan lagi lebih lama. Karena ini pewarnaan alami, jadi perlu proses penyelupan berulang biar warnanya jadi ngejreng. Bisa lebih dari 10 kali. Ini baru 3 sampai 4 kali," ujar Kepala Seksi ILOMETA Disperindagtam Banyuwangi, Tri Djoko P.
Menurut Tri, acara serupa akan kembali digelar di lokasi sama pada Agustus mendatang. Yaitu di rumah produksi Batik Sekar Bakung, Desa Bakungan Kecamatan Glagah.