1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Tahun ini, Kementan optimis swasembada bawang putih capai 26 ribu hektare

"Pemerintah ingin membangkitkan lagi bawang putih dan tidak harus impor dari China".

Spudnik Sujono Kamino. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Ulil Albab | Kamis, 22 Februari 2018 15:48

Merdeka.com, Banyuwangi - Kementerian Pertanian menargetkan di tahun 2018 luasan tanaman bawang putih di Indonesia bisa mencapai 26.650 hektare dari saat ini yang masih mencapai 12.000 hektare. Hal ini dilakukan karena kebutuhan bawang putih dalam negeri mencapai rata-rata 500 ribu ton, sementara produksinya saat ini hanya 20 ribu ton.

"Pemerintah ingin membangkitkan lagi bawang putih. Ada semangat kita untuk mulai bangkit. Tentunya Indonesia harusnya bisa, tidak harus impor dari China misalnya," ujar Direktur Jendral Holtikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono Kamino saat meninjau kawasan pengembangan pertanian bawang putih di Kaki Gunung Ijen, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Kamis (22/2).

Selama ini, kata Spudnik, Indonesia selalu impor bawang putih dari China, Mesir, India dan Taiwan. Hal ini mulai dilakukan karena pemerintah membuka impor bawang putih sejak 1990-an.

"Akhirnya harganya tidak lagi menarik buat petani," kata dia.

Dari situ, agar produktivitas dalam negeri yang masih mencapai 20 ribu ton bisa terpenuhi hingga 500 ribu ton, pihaknya mulai tahun ini bakal memperluas area tanam melalui anggara APBN dan kewajiban tanam importir.

"Mulai Januari 2018 ada kewajiban semua importir wajib menanam 5 persen dari kuota impor yang dia minta. APBN kita tidak bisa diharapkan, karena ada target swasembada 2018 ada luasan tanam sampai 26.650 hektare," jelasnya.

Saat ini, kata Spudnik, luasan pertanian bawang putih di Indonesia masih mencapai 12 ribu hektare, antara lain di daerah Sembalun, Temanggung, Magelang dan Karanganyar.

"Kami ada 7.017 hektare. Dari mitra importir ini kurang lebih 4.000, kurang lebih ada 12 ribu. Sisanya nanti dari APBN," jelasnya.

Sementara Banyuwangi sendiri, merupakan kawasan baru yang digunakan untuk tanaman bawang putih. Dia pun kaget, ternyata bisa tumbuh dengan baik di areal Kaki Gunung Ijen di ketinggian 900-1000 Mdpl.

Menurutnya, Banyuwangi bisa menjadi contoh dan memotivasi daerah lain untuk membuka areal pertanian bawang putih. Sebab, harus ada dukungan dari semua pihak, mulai pemerintah daerah sampai badan legislatif untuk mencapai target swasembada hingga 26.650 hektare.

"Saya optimis, terus terang. Kita lihat, ini bisa tumbuh dengan baik. Luar biasa bahkan. Saya dukung Banyuwangi jadi sentra bawang putih nasional. Makin luas makin baik, 2000-3000. Tinggal kemauan pemerintah daerah," ucap dia.

Apalagi, Kementan menargetkan di tahun 2019, target luasan pertanian bawang putih bisa mencapai 73 ribu ton, agar tidak lagi impor bahkan bisa surplus. Luasan tersebut, kata dia, bisa tercapai bila ada dukungan dari banyak pihak.

"Tetapi yang jelas kita harus tunjukkan lebih dulu ke legislatif. Kita undang untuk melihat, ini loh bahwa bisa kembangkan bawang putih. Sehingga tahun 2019 ada 73 ribu hektare lah paling tidak. APBN saya yakin pemerintah akan menggelontorkan. Saya juga ingin Pak Jokowi bisa lihat datang ke sini," terangnya.

Di Banyuwangi sendiri, di tahun 1990-an, pernah menanam bawang putih, namun berhenti karena dibukanya kran impor. Padahal prospek bawang putih sangat bagus untuk obat hingga kuliner.

Saat ini, luasan tanaman bawang putih di Banyuwangi di lahan Hak Guna Usaha (HGU) oleh importir CV Sinar Padang Sejahtera mencapai 116 hektare dari target 145 hektare. Dari luasan tersebut, Banyuwangi bakal menyumbang hingga 4.000 ton bawang putih per tahunnya.

"4 Maret nanti sudah mulai panen pertama. Proyeksi dua kali panen kami ada 4.000 ton dalam setahun," ujar Direktur Pemasaran CV Sinar Padang Sejahtera, Fery Susanto.

Perbandingan harga impor dan produksi dalam negeri, bisa selisih cukup banyak. Dari patokan harga Kementan, pihaknya menjual Rp 11. 700 ribu per kilogram sementara di harga pasaran untuk bawang impor lebih mahal mencapai Rp 23 ribu.

"Impor Rp 23 ribu per hari ini, itu harga pasar. Harga produksi lokal bawang putih basah Rp 11. 700 ribu. Untuk bawang konsumsi kering Rp 18 ribu," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, Arief Setiawan menambahkan pemerintah pusat juga mendukung pengembangan areal bawang putih di Banyuwangi dengan alokasi APBN Rp 2 miliar.

"Kita juga diberi anggaran pusat untuk 25 hektare tahun ini Rp 2 miliar. Lokasinya rencana di Songgon. Menariknya, di Banyuwangi kami berani nanam di luar musim, Bulan Mei dan Juni, karena pengaruh belerang Gunung Raung dan Ijen," katanya.

 

 

(ES/MUA)
  1. Pertanian
  2. Info Kota
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA