"Nanti akan kita pilah, yang bagus untuk bibit, yang jelek kita atur di pasar," kata Ferry.
Merdeka.com, Banyuwangi - Lahan perkebunan Banyuwangi cukup istimewa bagi tanaman bawang putih, hingga diharapkan menjadi daerah kebangkitan bawang putih nasional. Terutama di Kecamatan Licin dan Kecamatan Songgon yang memiliki lahan di ketinggian sekitar 1000 Mdpl.
Selain itu tersedia cahaya Matahari, hujan dan angin yang cukup, serta paparan sulfur Gunung Raung dan Gunung Ijen yang mengandung garam. Di Kecamatan Licin terdapat 145 hektare lahan yang ditanami bawang putih sejak September 2017.
"Sekali panen akan dihasilkan 2 ribu ton, ini di luar ekspektasi kita. Kami juga terkejut tanah sini ini sedemikian suburnya," kata Direktur Pemasaran CV Sinar Padang Sejahtera sang pengelola ladang, Ferry Susanto Mulyono, di Banyuwangi, Kamis (22/2).
Ekspektasi awal dengan lahan di lereng Gunung Ijen itu akan didapati hasil panen 500 ton. Ternyata diperkirakan bisa hasilkan 2 ribu ton sekali panen, 2 kali panen per tahun.
Sebagai importir bawang putih, sesuai regulasi mulai tahun 2018 pihaknya harus menanam 5 persen dari kuota impor yang diajukan. Sedangkan kuota impor mereka 10 ribu ton bawang putih per tahun, artinya harus menanam dan menghasilkan 5 ratus ton bawang putih lokal.
"Nanti akan kita pilah, yang bagus untuk bibit, yang jelek kita atur di pasar," kata Ferry.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Banyuwangi, Arief Setiawan mengatakan, kadar garam atau salinitas sebagian lahan di Banyuwangi sangat tinggi.
"Cuma kita yang berani di luar musim," kata Arief.
Sentra produksi bawang putih lokal di Indonesia selama ini ada di Sembalun di Pulau Lombok, Temanggung, Karanganyar dan Magelang di Provinsi Jawa Tengah harus tanam di Bulan Mei atau Juni.
Dengan dukungan dana APBN, pihaknya juga tengah persiapkan pembukaan lahan bawang putih baru di Kecamatan Songgon seluas 25 hektare. Langkah itu untuk mewujudkan target nasional produksi bawang putih dengan ladang 26.650 hektare di tahun 2018.