Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar turut menyaksikan proses panen kentang di lereng Gunung Ijen.
Merdeka.com, Banyuwangi - Petani di lereng Gunung Ijen Banyuwangi kini memiliki penghasilan tambahan. Para petani telah diajak Dinas Pertanian dan Peternakan Banyuwangi memanfaatkan lahan Hutan Tanaman Industri secara tumpangsari. Salah satunya mereka berhasil memanen kentang hingga ratusan ton. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar turut menyaksikan proses panen tersebut.
Pemkab Banyuwangi memanfaatkan lahan di lereng Gunung Ijen yang sejatinya merupakan kawasan Hutan Tanaman Industri untuk pertanian yang digarap oleh kelompok tani setempat. Salah satunya yang terletak di Dusun Bawonan, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, yang menjadi lokasi panen kentang tersebut, Jumat (13/10). Berbagai tamanan sayur seperti kentang, bawang putih, cabai rawit, dan sayuran ditanam di lahan seluas 50 hektare tersebut.
"Pemkab mengajak petani setempat untuk bisa memaksimalkan lahan hutan tersebut. Selama jeda waktu penanaman pohon kembali, petani kami ajak untuk menanam berbagai jenis sayuran agar mereka mendapatkan tambahan penghasilan. Salah satunya adalah tanaman kentang yang dipanen saat ini," kata Bupati Anas.
Anas melanjutkan, dari keseluruhan areal hutan tanaman industri, lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian tumpangsari seluas 50 hektare. Sebanyak 30 hektare ditanami kentang dan sisanya ditanami berbagai jenis sayuran seperti kentang, kol, cabai dan daun bawang.
"Pertanian tumpang sari ini bisa berlangsung 2 sampai tiga tahun. Setelah pohon-pohon itu tumbuh besar, maka lahan di bawahnya sudah tidak bisa ditanami lagi karena sinar mataharinya akan tertutup oleh pepohonan," kata Anas.
Ini merupakan pertama kalinya di Banyuwangi mengembangkan tanaman kentang. Dengan binaan Dinas Pertanian Banyuwangi, para petani yang tinggal di kawasan Gunung Ijen, Kecamatan Licin, panen ratusan ton kentang, Jumat (13/10).
"Sehingga petani di sekitar Gunung Ijen ini, bisa mendapat tambahan pemasukan," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, saat panen bersama petani.
Selain itu, Ijen yang merupakan sebagai destinasi favorit di Banyuwangi akan bertambah daya tariknya bila lahan di lereng Ijen bisa dimanfaatkan . Selain sayuran, rencananya pemkab akan mengembangkan taman bunga di sana.
"Wisatawan yang turun Ijen, bisa menikmati suasana lahan sayuran di sana. Mereka bisa melihat lebih dekat beragam tanaman di sini. Setelah lihat sayuran, turun dikit mereka akan ketemu kebun kopi," ujar Anas.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Arief Setiawan mengatakan ini merupakan pertama kalinya di Banyuwangi mengembangkan tanaman kentang. Tanaman kentang sendiri merupakan tanaman khas dataran tinggi, 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lokasi areal penanaman kentang di Desa Bawonan ini berada di ketinggian 900 mdpl.
"Kami memilih kentang untuk dikembangkan petani karena cocok dengan karakteristik tanahnya. Selain itu nilai ekonomisnya juga tinggi," kata Arief.
Luas lahan kentang yang dipanen petani saat ini 15 hektare kentang, dengan per hektar menghasilkan sekitar 30 ton kentang. Dengan demikian panen kali ini petani memanen 450 ton kentang per masa tanam yang mencapai 90 hari. Dengan harga saat ini per kilogram kentang sebesarRp 6.200, tiap hektare tanaman kentang bisa menghasilkan Rp 246 juta.
"Modal yang dibutuhkan perhektarnya sekitar Rp 112 juta, keuntungan buat petani cukup bagus," ujar Arief.
Ke depannya, selaian tanaman sayuran yang ditanam saat ini, dinas pertanian berama petani akan mengembangkan berbagai jenis buah-buahan khas dataran tinggi seperti strawberry dan jeruk manis. Begitu juga beberapa jenis bunga-bungaan.
"Kami juga akan mengembangkan bibit kentang, karena lebih tinggi nilai ekonomisnya. Kami berharap kawasan ini juga akan ikut mendukung pariwisata untuk kawasan Ijen," pungkas Arief.