Selain daging ayam ras dan tempe, menyumbang penghitungan deflasi terbesar.
Merdeka.com, Banyuwangi - Harga komoditas di Banyuwangi masih fluktuatif. Hal ini dipengaruhi naik-turunnya permintaan barang saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha 2016 lalu. Selain komoditas kebutuhan pangan, tarif pulsa telepon seluler (ponsel) turut andil mempengaruhi kondisi pasar di kabupaten berjuluk the Surise of Java ini.
Diungkap Kasi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Cabang Banyuwangi, Mulyono di bulan Juli lalu, Banyuwangi sempat mengalami inflasi 0,43 persen. Namun pada bulan Agustus statistiknya berubah. Komoditas bahan pangan dan kebutuhan barang mengalami deflasi hingga 0,14 persen.
Menurut Mulyono terjadinya deflasi karena penurunan harga pada beberapa komoditas kebutuhan pokok mengalami kenaikan saat Lebaran 2016 lalu. "Jika bulan sebelumnya terjadi inflasi 0,43 persen, maka pada Agustus Banyuwangi mengalami deflasi 0,14 persen. Deflasi ini terjadi karena adanya penurunan permintaan pada beberapa komoditas bahan pangan dan kebutuhan lainnya," ujar Mulyono, Rabu (28/9).
Dia melanjutkan, kondisi ini juga menunjukkan kalau stok komoditas di Banyuwangi masih tersedia di pasaran. "Komoditas tertinggi yang mempengaruhi deflasi secara berturut-turut adalah daging ayam ras dan tempe," katanya.
Daging ayam ras dan tempe, menyumbang penghitungan deflasi terbesar. "Ini karena pada bulan Juli permintaan pasar terhadap ayam ras dan tempe sangat tinggi, kemudian di bulan Agustus langsung turun. Ya karena memang momen lebarannya telah usai," kata Mulyono.
Selain daging ayam ras dan tempe, faktor penyumbang deflasi lainnya adalah tarif pulsa ponsel, ikan tongkol, ikan pindang dan telur ayam ras.
Sementara di bulan September ini juga terjadi inflasi, namun masih terkontrol. Dia memperkirakan hal ini dipengaruhi beberapa komoditas yang berpeluang memberi andil terjadinya inflasi. Beberapa komoditas itu diantaranya bawang merah dan bawang putih.
"Karena di bulan September ada momen Lebaran Haji (Idul Adha). Dari pengamatan kami, ketersediaan bawang merah dan bawang putih menurun, sedangkan kemungkinan permintaannya meningkat. Ini akan menjadi salah satu faktor penyebab inflasi," prediksinya.
Sedangkan untuk cabe rawit dan cabe merah, dari hasil pengamatan BPS mengalami fluktuatif. Baik dari segi harga maupun ketersediaan dan permintaannya. "Tapi untuk saat ini masih aman ketersediannya," kata Mulyono.
Sementara Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Banyuwangi Agus Siswanto mengatakan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menjaga ketersediaan komoditas kebutuhan pokok seperti beras, bawang merah, ayam ras dan daging sapi. Karena komoditas tersebut memberikan andil besar bagi penghitungan inflasi daerah.
"Kami melalui TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) melakukan sinergi dengan stakeholder terkait, salah satunya dengan Bulog. Disperindagtam juga terus melakukan pemantauan harga dan ketersediaan barang di pasar untuk menghindari kelangkaan kebutuhan pokok," ujar Agus.