"Etape pertama ini cuacanya sangat panas, tapi sudah diperkirakan, karena saya dari negara yang suhunya 3 derajat".
Merdeka.com, Banyuwangi - Tim Saint Goerge Continental Cycling Team asal Australia menjadi yang tercepat di garis finish dalam ajang International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) etape pertama, Rabu (26/9). Dari lima pebalap yang diterjunkan Saint Goerge Continental Cycling, tiga di antaranya berhasil berada di urutan pertama, kedua dan ketiga.
Marcus Culey berada di urutan pertama dengan catatan waktu 3 jam 42 menit 10 detik, dengan jarak tempuh 153,1 kilometer, menyusul dengan jarak yang cukup jauh di belakangnya Zenovich Mathew diurutan kedua dengan jarak 1 menit 37 detik. Kemudian di urutan ketiga, Dyball Benjamin menyusul dengan selisih waktu 3 menit 46 detik.
Ajang ITdBi 2018 diikuti 94 pebalap dari 25 negara. Pada etape pertama ini, pebalap memulai garis start dari halaman Kantor Pemkab Banyuwangi hingga finish ke Rowobayu Songgon di ketinggian 600 Meter dibawah permukaan laut (Mdpl).
Marcus merasa lega karena bisa menaklukkan Etape pertama dengan jarak yang cukup jauh dengan lawan di belakangnya. Dia sudah berhasil mendominasi sendiri saat berada di kilometer 25 menuju garis finish. Menurutnya, jalur etape pertama cukup menantang dengan kondisi jalan yang berbelok, naik turun. Meski bisa mengatasi, dia cukup tertantang dengan cuaca yang panas dibandingkan di negaranya.
Marcus sudah kali kedua mengikuti ajang ITdBI, namun baru kali ini dia bisa meraih juara.
"Etape pertama ini cuacanya sangat panas, tapi sudah diperkirakan, karena saya dari negara yang suhunya 3 derajat. Tapi sebelumnya sudah pernah mendominasi di Siak, jadi bisa mengantisipasi itu," kata Marcus Culey.
Sementara itu, Chairman ItdBI, Guntur Priambodo menyampaikan, pada etape pertama ini sebagian besar pebalap masih bermain aman dan menyimpan tenaga untuk tiga etape selanjutnya. Dari empat etape yang bakal dilalui, tiga di antaranya merupakan kategori climbing, dan satu di etape kedua dengan kategori flat.
"Jadi sementara kami lihat semua masih main aman, Saint Goerge sejak awal memang mengambil posisi lider. Dari empat etape, ada tiga yang climbing. Termasuk yang pertama ini sudah menanjak meski masih kategori dua," kata Guntur.
Apalagi kata Guntur, cuaca di Banyuwangi cukup panas di bulan September, sehingga membuat pebalap harus pintar mengatur strategi untuk meraih juara di etape selanjutnya.
"Tadu cucanya sampai 37-38 derajat, bulan september cuacanya sangat panas. Banyak yang dehidrasi. Tim hanya satu dua yang berani attack, rata rata masih menyimpan tenaganya, tapi kami lihat tadi di jalur datar speednya juga lumayan bagus, antara 40-50 kilometer per jam," kata Guntur.
Pada etape kedua, yang berlangsung besok Kamis (27/9) pebalap bakal melintasi lintasan terpanjang sejauh 179,3 kilometer, race akan dimulai dari Stasiun Kalibaru menuju finish di Kantor Bupati Banyuwangi.
"Besok itu jalurnya flat, tapi panjang, dan cuacanya sampai tiga hari ke depan masih panas. Kalau tidak ngatur strategi bisa mempengaruhi etape selanjutnya. Itu track terpanjang," katanya.
Selanjutnya, pada etape 2 dengan jarak tempuh 179,3 Kilometer yang berlangsung pada besok Kamis (27/9) akan dimulai dari Stasiun Kalibaru menuju finish di Kantor Bupati Banyuwangi.Etape ke 3 akan menempuh 139,4 kilometer dari ruang terbuka Maron Kecamatan Genteng menuju finish di depan Kantor Pemkab Banyuwangi, dan etape keempat merupakan etape terakhir menempuh jarak 127,2 Kilometer, Start dari Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran, finish di Paltuding Ijen, Kecamatan Licin.