"Setelah mendapatkan sertifikat itu, harusnya mereka sudah punya pengetahuan komprehensif tentang batik dan pekerjaan batik yang berkualitas".
Merdeka.com, Banyuwangi - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Batik menggelar sertifikasi profesi untuk 100 orang Banyuwangi, Jawa Timur, dari pembatik tulis, cap, maupun penggambar pola.
Kepala LSP Batik Rodia Syamwil, mengatakan bahwa karakteristik batik Banyuwangi yang termasuk jenis pesisiran ternyata dianggap berpotensi besar turut menggerakkan ekonomi kreatif.
Berbeda, kata Rodia dengan batik Solo yang halus, batik Banyuwangi, Lasem, Tuban dan Madura agak kasar justru lebih banyak masuk ke pasar sebagai produk kreatif. Dari sisi harga lebih murah sehingga lebih mudah diterima pasar.
"Kasar bukan berarti pembatiknya tidak kompeten, tetapi karena karakteristik masing-masing daerah berbeda. Prinsip utama batik adalah warisan budaya," kata Rodia Syamwil, kepada Merdeka Banyuwangi, Jumat (9/3).
Pihaknya juga menyesuaikan karakter masing-masing daerah dalam melakukan pengujian sertifikasi profesi pembatik. Mereka yang benar-benar memiliki kemampuan membatik berhak mendapatkan sertifikat sebagai bukti profesinya.
Rodia mengatakan batik yang menjadi bagian ekonomi kreatif memang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Tidak main-main, sertifikat akan diterbitkan langsung oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
"Setelah mendapatkan sertifikat itu, harusnya mereka sudah punya pengetahuan komprehensif tentang batik dan pekerjaan batik yang berkualitas. Penilaian meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap," kata Rodia.
Pengetahuan dilihat dari portofolio dan sesi wawancara, sedangkan keterampilan dan sikap bisa dilihat ketika berpraktik. Misalnya peserta memakai celemek atau tidak, masuk dalam penilaian sikap untuk menjaga keamanan diri.
"Motif mereka punya acuan. Saya senang di Banyuwangi sudah disepakati tentang motif, jadi mereka tadi bisa menjawab pertanyaan tentang filosofi motif-motif tertentu seperti Gajah Oling, Kopi Pecah, Gedekan, Blarak Semplah, Kangkung Setingkes dan lain-lain," katanya.
Salah satu peserta sertifikasi bernama Ririn Suciati (38) mengaku senang dengan adanya sertifikasi di Banyuwangi. Pegawai usaha batik yang mulia merintis bisnisnya sendiri ini mengatakan selain tak harus ke Jakarta dalam mengurus sertifikat, dia bisa menyodorkan sertifikat berbahasa Inggris bila bertemu pembeli wisatawan asing.
"Kalau sudah sertifikasi bisa lebih luas juga jangkauannya. Bisa diekspor ke luar negeri," kata warga Desa Wisata Kemiren, Kecamatan Glagah ini.