1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Uang saku untuk Safira yang tempuh 15 kilometer ke sekolah dengan motor kakek

Tahun 2016 terdapat lebih dari 5 ribu anak putus sekolah di Banyuwangi. Dengan program Gerda Ampuh, semuanya kembali bersekolah.

Bupati Anas bersama Safira (seragam biru) dan siswa penerima bantuan lainnya. ©2018 Merdeka.com Reporter : Mohammad Taufik | Jum'at, 02 Februari 2018 14:11

Merdeka.com, Banyuwangi - Safira Nur Aini (16) sekarang duduk di kelas 1, jurusan nautika, SMKN 1 Pelayaran Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Senyumnya terkembang sesaat setelah Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi, Sulihtiyono, mengatakan dia mendapatkan uang saku dan uang transport dari pemerintah untuk melanjutkan sekolah.

Ucapan 'Alhamdulillah' tak henti-hentinya diucapkan gadis berhijab itu. Berdiri tegap dengan seragam pelayaran kebanggaannya, Safira bercerita setiap hari berangkat ke sekolah menggunakan motor lawas kakeknya. Rumahnya di Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, berjarak 15 kilometer dari sekolah.

"Kan saya enggak sama orang tua. Sama kakek-nenek. Kadang enggak ada sangu (uang saku). Yang penting bisa jalan," kata Safira di Banyuwangi, Jumat (2/2).

Sekali dapat uang saku, dia baru bisa menikmati kue-kue yang dijual di sekolahnya dengan uang Rp 10 ribu. Bantuan dari Pemkab Banyuwangi sekarang membuat dia mengantongi Rp 15 ribu per hari sebagai uang transport ke sekolah, ditambah Rp 15 ribu sebagai uang jajan. "Untuk beli bensin cukup to? Atau untuk bayar Go-Jek juga cukup uang segitu," kata Sulihtiyono.

Dia menjelaskan, pada 2016 terdapat lebih dari 5 ribu anak putus sekolah di Banyuwangi. Dengan program Gerakan Daerah Angkat Anak Putus Sekolah (Gerda Ampuh), semuanya kembali bersekolah, bahkan 3000 anak telah lulus SMA sederajat tahun ini.

"Sisanya 2000 anak masih sekolah. Kemudian 1000 anak mendapatkan tabungan Gerda Ampuh dari Bank Jatim, tinggal 1000-an anak dibiayai APBD Banyuwangi 2018," papar Sulihtiyono.

Tabungan Gerda Ampuh adalah tabungan yang dibuatkan dan diisi saldo Rp 1 juta rupiah oleh Bank Jatim. Dibagikan kepada 1000 siswa berarti total senilai Rp 1 miliar, yang bisa diambil kapanpun oleh siswa dengan buku tabungan masing-masing.

Tabungan khusus ini tidak dikenai biaya administrasi bulanan. Corporate Social Responsibility (CSR) jenis ini diterapkan pertama kali di Banyuwangi oleh Bank Jatim. Sedangkan pembiayaan anak putus sekolah dan rentan putus sekolah oleh APBD Banyuwangi berupa pemberian uang transportasi dan uang saku.

Siswa SD penerima, mendapatkan Rp 5 ribu uang saku dan Rp 5 ribu uang transport. Siswa SMP Rp 10 ribu uang saku dan Rp 10 ribu untuk uang transport. Sedangkan untuk siswa SMA-SMK, mendapatkan Rp 15 ribu untuk uang saku dan Rp 15 ribu untuk uang transport.

"Kalau putus sekolah karena kawin muda, kita ikutkan kejar paket, kan tetap butuh biaya. Kita tetap (dorong), karena kan ada wajib belajar 12 tahun. Ini sebagai bentuk kawalan pemerintah kepada anak rentan putus sekolah," kata Sulihtiyono lagi.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga menyatakan apresiasinya kepada Bank Jatim atas CSR yang mendukung proses pendidikan daerah. Menurutnya bantuan yang disampaikan melalui tabungan bisa melatih siswa rajin menabung.

"Dengan kerja sama ini kita siapkan tabungan untuk mereka. Anak-anak putus sekolah diajari menabung," kata Anas.

Bantuan-bantuan pendidikan itulah yang akan dinikmati Safira dan kawan-kawannya selama tahun 2018. Safira yang juga memegang buku tabungan Gerda Ampuh tidak lagi berwajah kaku seperti sebelumnya. Setidaknya dengan kawalan bantuan biaya pendidikan Pemkab Banyuwangi, dia bisa berusaha meraih ijazah kelulusannya di SMKN 1 Kalipuro, jurusan nautika.

 

(MT/MT) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Pendidikan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA