Festival ini bukan diperuntukkan sebagai ajang kemampuan pemerintahan, melainkan juga hasil gotong royong bersama masyarakatnya.
Merdeka.com, Banyuwangi - Kementerian Pariwisata menilai, Banyuwangi telah memenuhi persyaratan sebagai penyelenggara festival terbaik di Indonesia. Penilaian ini, terutama dilihat dari konsistensi Banyuwangi yang menggelar festival rutin tiap tahun sejak 2011 hinga sekarang.
Tidak hanya konsisten, Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini, juga dinilai terbaik karena menggelar even yang seimbang antara sisi nilai kultural dengan komersial.
"Dalam menyelenggarakan festival,Banyuwangi mampu menyeimbangkan antara nilai budaya (cultural value) dengan nilai komersial (commercial value) untuk menjaga kelangsungan serta meningkatkan kualitas festivalnya," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya saat meluncurkan agenda Banyuwangi Festival 2018 di Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis (1/2).
Tim kurasi Kemenpar, kata Arief, telah menetapkan Banyuwangi mendapatkan persyaratan terbaik. Dari tahun 2011 yang hanya berjumlah 7 even, tahun demi tahun bertambah terus hingga di tahun 2018 menjadi 77 even, yang mengeksplorasi seni budaya, keindahan alam, olahraga hingga beragam potensi daerah yang pastinya akan menjadi tontonan menarik bagi wisatawan.
Apalagi, festival ini bukan diperuntukkan sebagai ajang kemampuan pemerintahan, melainkan hasil gotong royong bersama masyarakatnya.
“Artinya pengembangan pariwisata menjadi program bersama rakyat, bukan program pemerintah daerah saja. Itu yang mahal, karena berarti ada modal sosial pariwisata,” terang Arief.
Dengan demikian, relasi gotong royong tersebut juga berpengaruh pada sektor peningkatan ekonomi lokal masyarakat. Seperti geliat produksi UMKM, peningkatan kunjungan wisatawan, investasi di daerah, hingga pendapatan perkapita warganya. "Banyuwangi bisa menjadi contoh bagi daerah lain bagaimana pariwisata menggerakan perekonomian daerahnya. Dan ini harus ditiru daerah lain," katanya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan beragam program pengembangan pariwisata mampu mendorong peningkatan kunjungan wisatawan. Untuk turis domestik ke Banyuwangi, meningkat dari 497.000 (2010) menjadi 4,01 juta (2016). Adapun wisatawan mancanegara dari 5.205 (2010) menjadi 91.000 turis (2017) dengan pendapatan devisa Rp 546 miliar berdasar perhitungan Kementerian Pariwisata.
"Selain itu, berkah pariwisata investasi di daerah juga bergairah. Pada tahun 2018 ini, akan berdiri 3 tiga hotel baru lagi yakni Hotel Ilira, Aston, dan jaringan Alila. Ini melengkapi berbagai hotel berbintang yang telah ada," jelas Anas.
Semua itu, kata dia, ikut mendorong peningkatan pendapatan per kapita warga Banyuwangi yang melonjak dua kali lipat dari Rp 20,8 juta (2010) menjadi Rp 41,5 juta per orang per tahun (2016). Serta mendorong penurunan kemiskinan hingga menjadi 8,79 persen pada 2016, di bawah rata-rata angka kemiskinan di Jawa Timur yang masih tembus 11 persen.