Harapannya secara bertahap bisa terbentuk komunitas-komunitas petani yang dibantu Untag.
Merdeka.com, Banyuwangi - Inovasi pertanian seringkali muncul dari kalangan akademisi. Kali ini Universitas 17 Agustus (Untag) Banyuwangi. Mendukung salah satu petani buah naga Banyuwangi yang inovatif hingga mendapatkan bantuan Kemenristek Dikti.
Hal ini disampaikan Rektor Untag Banyuwangi, Andang Subaharianto saat meninjau lokasi pertanian buah naga organik di Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi.
Andang menjelaskan, Universitas Untag Banyuwangi memiliki lembaga Inkubator bisnis tekhnologi (Inkubitek) untuk memberikan dukungan kepada masyarakat menengah ke bawah yang memiliki inovasi kreatif.
Salah satu petani yang didukung, yakni penemu formula perangsang produktivitas buah naga, Ahmad Mursid Rosyid (43). Dia bisa meningkatkan produktivitas buah naga per tanaman yang biasanya hanya 10 buah bisa sampai 50 buah.
"Dia adalah petani biasa. Itu yang kami dampingi dan ini siap dipasarkan (tamuannya). Bisa dipakai petani buah naga pada umumnya. Setelah mendampingi Pak Mursid. Beliau kita ikutkan hibah, pelatihan Kemenristek Dikti," ujar Andang kepada Merdeka Banyuwangi, Jumat (23/12).
Saat meninjau hasil panen buah naga dampingan Untag ini. Semua obat, pupuk sampai pemantik produktivitas menggunakan bahan organik.
Pendampingan ini kata Andang akan dilakukan secara berlanjut agar nilai jual buah naga bisa maksimal. Mulai dari pegemasan yang rapi agar bisa menyentuh pasar modern hingga kerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM sampai akan diuruskan izin usaha.
"Buah naga akan dibuatkan kemasan produk dengan tampilan lebih cantik lagi. Agar turis yang ingin berbelanja, naik pesawat bawanya tidak malu. Akan dibikinkan CV Karomah Tani untuk produksinya. Sedang diuruskan ijin edar," jelasnya.
Harapannya secara bertahap bisa terbentuk komunitas-komunitas petani yang dibantu Untag. Sebab sebagian besar petani masih terkendala urusan manajemen pemasaran.
Sementara itu, saat ditemui Mursid bercerita diajak ke Jakarta untuk presentasi di Kemenristek Dikti untuk menjelaskan inovasinya, hanya dirinyalah yang petani.
"Di sana banyak yang apresiasi, di sana yang hadir semua dosen, petani cuma saya. Saya di sana presentasi produk, apa kandungan sampai teknologi pembuatan," ujar Mursid.
Petani dengan pendidikan terakhir SMA ini melanjutkan, ketekunannya membuat pupuk dan semua kebutuhan petani berbahan organik sudah dia tekuni sejak tahun 1992.
"Semua saya pelajari secara otodidak. Awalnya pemakai pupuk kimia. Tapi karena pupuk mahal saya mencoba membuat pupuk sendiri. Dan hasilnya kok lebih baik daripada yang saya beli," tutur Pria kelahiran Kecamatan Sempol, Jember ini.
Pada tahun 2006 sampai 2011, Mursid pernah memiliki tujuh gudang pupuk dengan produksi 100 ton per bulan tiap gudangnya. Namun semua hanya untuk memenuhi perusahaan pertanian, tanpa label nama produksi Mursid.
"Tahun 2011 saya sudah tidak buat apa-apa lagi. Karena anak buah saya yang berjumlah 300 orang sudah satu per satu berhenti bekerja. Dari situ ketemu Untag Banyuwangi. Sampai diterima di Kemenristek Dikti untuk membiayai dan izin saya. Saya bersyukur ketemu Untag karena itu atas nama karya sendiri," ujarnya.
Mursid lantas diajak bekerja sama dengan petani Banyuwangi untuk mengembangkan pertanian buah naga organik milik Nur Kholis Salim (39), warga Desa Kalibaru Manis, Kecamatan Kalibaru, yang mengelola lahan setengah hektare.
"Sejak 2011 sudah tanam buah naga, kenal dengan Pak Mursid yang punya bionaga untuk membuahkan di luar musim panen," kata Eko.