1. BANYUWANGI
  2. INFO BANYUWANGI

Wakil Bupati Banyuwangi ingin Festival Tumpeng Sewu lestari selamanya

"Menjadikan tradisi sebagai atraksi wisata lebih mudah karena sudah rutin dilaksanakan masyarakat secara swadaya".

Wabup Yusuf di Festival Tumpeng Sewu. ©2018 Merdeka.com Editor : Endang Saputra | Senin, 13 Agustus 2018 15:01

Merdeka.com, Banyuwangi - Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko mengatakan, bahwa dirinya menginginkan agar Festival Tumpeng Sewu terus lestari selamanya karena keunikan tradisi masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur itu. Tidak hanya jumlah tumpeng yang ribuan, melainkan juga cara menyantapnya yang bertempat di tepi jalan desa.

Selain jalan utama desa yang juga dilewati pawai Barong Osing sebelum selamatan dimulai, gang-gang rumah juga jadi tempat warga menggelar tikar, berdoa dan makan bersama. Keunikan lain menurut Yusuf adalah, lampu-lampu listrik yang dipadamkan saat acara selamatan itu digelar. Mereka makan diterangi pelita botol atau obor bambu sebagai simbol mempererat tali silaturahmi.

"Ini adalah tradisi yang unik, tidak ada di manapun. Sehingga dengan dukungan pemerintah, kita ingin acara selamatan desa Tumpeng Sewu ini terus digelar," kata Yusuf, Minggu (12/8).

Selamatan desa digelar masyarakat untuk menyampaikan rasa syukur mereka atas kesehatan dan hasil panen yang melimpah. Sementara pawai Barong Ider Bumi yang dilaksanakan sebelum selamatan, bermaksud untuk mengusir wabah penyakit, wereng dan pembawa-pembawa sial lainnya.

Yusuf mengatakan selain sebagai tradisi yang menjadi identitas suku Osing Banyuwangi, Tumpeng Sewu juga menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan. Terbukti jalanan desa dipenuhi pengunjung dari tempat lain, bahkan terlihat beberapa wisatawan asing turut menikmati tumpeng Pecel Pitik di tenda tamu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan tradisi dan budaya menarik wisatawan yang cukup banyak. Dari hasil survei, sekitar 60 persen dari wisatawan ke Banyuwangi tahun 2017 yang jumlahnya hampir 5 juta orang, mengaku tertarik pada Banyuwangi karena kebudayaan dan tradisinya.

"Menjadikan tradisi sebagai atraksi wisata lebih mudah karena sudah rutin dilaksanakan masyarakat secara swadaya. Kita tinggal mengurus kemasannya saja. Jadi kita maksimalkan berbagai kebudayaan di seluruh wilayah Banyuwangi, masyakaratnya kita ajak maju bersama dengan tradisi," kata Bram.

Kepala Desa Kemiren Lilik Yuliati mengatakan, sejak lama acara selamatan dengan hidangan tumpeng dan Pecel Pitik dilakukan warganya, namun masing-masing dusun menggelarnya sendiri-sendiri di hari yang berbeda. Atas usulan Pemkab Banyuwangi, pada tahun 2010 semua dusun kemudian kompak menggelarnya di waktu yang sama.

"Selain lebih ramai dan dikunjungi wisatawan, masyarakat jadi lebih guyub, rukun dan kompak. Dari ujung sampai ke ujung desa menggelar tikar untuk selamatan bersama-sama," kata Lilik.

Meskipun menggelar selamatan desa besar-besaran, Lilik mengatakan warganya tidak ada yang mengandalkan bahan makanan dari luar desa. Ayam, kelapa, beras, kebanyakan cukup didapat dari hasil mereka sendiri atau beli ke tetangga dekat rumah.

"Ayam juga warga kami ternak sendiri atau beli ke tetangga. Hampir semua warga kami bekerja sebagai petani. Selamatan ini juga sebagai wujud syukur hasil panen selalu bagus," katanya.

 

(ES) Laporan: Ahmad Suudi
  1. Festival Banyuwangi 2018
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA