Mereka diperkenalkan banyak objek wisata di Banyuwangi yang belum diketahui banyak wisatawan.
Merdeka.com, Banyuwangi - Berkembangnya lini pariwisata di kota Seribu Gandrung, Banyuwangi memacu semangat para Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk berinovasi terhadap potensi di setiap daerah. Seperti Pokdarwis yang berada di Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jatim.
Selasa (11/10) lalu, Pokdarwis bernama Gombengsari Nirvana Cafe (GNC) memaparkan potensi wisata yang ada di sana kepada para peserta Famtrip Potensi Wisata Banyuwangi. Famtrip dalam sehari tersebut digagas oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi dalam rangka mengeksplorasi destinasi baru yang memiliki potensi namun belum diketahui banyak wisatawan.
"Sekaligus perkenalan paket wisata yang dibuat oleh anggota Pokdarwis berbagai rute itu dengan harga Rp 150 ribu per orang. Dapat 2 kali makan siang, dengan coffee break 2 kali (makanan tradisional masyarakat setempat), dapat souvenir kopi dan susu dalam kemasan, dan gantungan kunci. Itu sudah termasuk guide dari Pokdarwis. Diharapkan dalam satu kali trip dapat menampung 10 orang," terang Kepala Seksi Informasi Budaya dan Wisata Disbudpar Banyuwangi, Ainur Rofiq.
Dengan mengendarai Jeep, para peserta Famtrip bersama-sama menuju Kelurahan Gombengsari mulai pukul 07.30 WIB. Sebanyak 30 peserta dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Banyuwangi, Blogger, tour operator, pegiat medsos seperti Kopiwangi dan Byek Banyuwangi turut menyemarakkan acara.
Menempuh waktu sekitar 30 menit dari Banyuwangi kota, para peserta Famtrip berkumpul di sekretariat Pokdarwis GNC untuk mengenal potensi apa yang akan mereka temui di sana. Kali pertama, peserta diajak menuju ke kebun kopi milik rakyat. Di sana mereka melihat proses pembuatan kopi dari memetik biji dari pohon, proses penjemuran biji, pengemasan, hingga menikmati seduhan kopi Gombengsari.
Titik selanjutnya, peserta Famtrip diajak mengintip proses pemerasan susu segar di salah satu peternakan kambing etawa milik warga. Menurut Rofiq, alasan mengapa Gombengsari memiliki banyak kambing jenis etawa karena di sela-sela pohon kopi di sana terdapat tanaman peredu yang digunakan sebagai makanan ternak.
Satu ekor kambing dapat menghasilkan satu liter susu. Harga susu segar kambing etawa dibanderol dari Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per botol. Menurut Rofiq, biasanya susu segar di sana akan dikirim ke luar kota bahkan hingga ke Pulau Bali.
Setelah mencicipi susu segar kambing etawa, para peserta yang didominasi oleh para pemuda-pemudi Banyuwangi tersebut selanjutnya mengunjungi peternakan ayam bekisar satu-satunya di Banyuwangi. Menurut Rofiq, harga ayam bekisar yang siap dipertandingkan harganya mencapai jutaan rupiah per ekor.
Setelah melihat dua jenis peternakan yang dikelola oleh warga sekitar, peserta Famtrip menuju hutan pinus dengan tracking melewati jalur sungai. Di sana mereka sekaligus menuju ke tempat para pengerajin kayu pinus. Mayoritas kerajinan kayu pinus diubah menjadi pigura atau bingkai untuk foto atau lukisan. Tak hanya itu, mereka sekaligus menikmati makan siang di bawah pohon pinus.
Setelah rehat beberapa menit, perjalanan dilanjutkan menuju salah satu air terjun di areal hutan pinus dan selanjutnya menuju bangunan DAM air peninggalan zaman Belanda. DAM tersebut dibangun sejak tahun 1921 dan baru dioperasikan pada tahun 1927. DAM bernama Sumber Gedor tersebut yang merupakan sumber mata air PDAM yang diminum oleh warga Banyuwangi kota.
"Karena kegiatan ini baru awal dan pembentukan Pokdarwis juga baru saja, di titik terakhir semua peserta berkumpul untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada anggota Pokdarwis," ujar Ainur Rofiq kepada Merdeka Banyuwangi.
Pada kesempatan tersebut, para peserta Famtrip sangat antusias dalam memberikan masukan bagi anggota Pokdarwis. Mereka memberikan saran seperti tersedianya layanan mobil yang memiliki kap terbuka agar lebih menantang ketika masuk ke areal perkebunan, penguatan brand kopi dan susu sebagai daya tarik wisatawan, tersedianya fasilitas tracking cycling atau bersepeda di dalam hutan.
"Sudah bagus sih konsepnya. Ada edukasi, konservasi juga. Cuma masih ada kekurangan mengenai rute dan penunjuk jalan yang belum ada dari objek satu ke objek lain. Tapi sejauh ini Gombengsari udah keren," ungkap salah satu peserta perwakilan HPI, Fiqi Randi.